Monday, February 03, 2025

Kolonel Inf. Budi Iman Santoso: Syukur dan Sabar dalam Berkarya Tanpa Pamrih


Oleh: Siti Sundari

Bandung, 3/2/2025

Namanya Budi Iman Santoso. "Budi" berarti akal pikiran atau jiwa yang baik. "Iman"  berarti keyakinan yang kuat kepada Tuhan atau kebenaran. "Santoso" berarti  berbahagia atau damai. Nama yang indah yang diberikan  Sang Ayah H. Sukirman terhadap sosok perwira menengah yang berdinas di jajaran Kodam III/Siliwangi.

Secara keseluruhan nama "Budi Iman Santoso'"  mengandung arti seseorang yang memiliki pikiran yang baik, keyakinan yang kuat, dan selalu damai.

Sesuai dengan namanya  pria yang beristrikan Muthya Diana dan ayah dari 3 orang anak  ini memang selalu damai, punya keyakinan kuat terhadap kemahabesaran Allah SWT.

Sebagai prajurit TNI AD, tugas apa pun dan di manapun yang diemban harus dilaksanakan dengan baik  karena selain itu sudah menjadi kewajiban dan tugasnya, diyakini itu juga sudah ketetapan Yang Maha Kuasa.     Bertugas di berbagai wilayah negeri dengan medan  dan jabatan berbeda sudah ia emban dan laksanakan dengan tantangan yang berbeda- beda pula. Dalam menjalankan tugas prinsipnya adalah dengan bersyukur atas  tugas-tugas yang diamanahkan dipundaknya dan bersabar atas kendala atau tantangan yang dihadapi dalam tiap penugasan seperti kendala kesehatan yang   menerjang tubuhnya.

Kolonel Inf. Budi Iman Santoso, SE., MM, begitu nama lengkapnya. Ia adalah perwira lulusan AKMIL 1991 kelahiran Tasikmalaya. Badannya tinggi besar. Kulitnya  gelap  terbakar matahari akibat lama bertugas di lapangan dan menghitam  karena  sakit yang dideritanya.  Wajahnya pucat namun sorot matanya memancarkan  kilatan semangat yang menyala-nyala. Meski masih terlihat gagah dengan seragam militernya yang hijau, kakinya sudah agak lemah untuk menopang tubuhnya untuk berdiri lama atau berjalan.Kadang untuk menjaga keseimbangannya berdiri atau berjalan ia ditopang dengan sebuah tongkat.

Itulah sepintas  yang  terlihat oleh penulis saat bertemu di pertengahan Januari 2025 lalu di kantornya. 


"Subhanallah", penulis pun takjub dan
  bertasbih dengan kondisi kesehatannya yang menurun tapi masih semangat bekerja dengan ide-ide kreatifnya. 

Perwira lulusan SMAN 2 Bandung ini  begitu semangat berbincang tentang berbagai topik terutama yang lagi trend. Penyakit  gagal  ginjal yang menggerogoti tubuhnya  mengharuskannya rutin menjalani cuci darah 3x seminggu.   Tapi bagi Budi tak ada kata menyerah dalam kamus hidupnya selama  masih bernafas dan jantung berdetak.  Vonis   gagal ginjal  yang  dinyatakan dokter pada 5 tahun lalu itu,   memang  seperti bunyi  gelegar petir  di siang bolong karena selama ini  merasa tak ada masalah dengan kesehatannya, apalagi gagal ginjal. 

Meski demikian ,  gagal ginjal  yang mengharuskannya menjalani cuci darah 3x seminggu dijalani dengan tetap bersyukur dan bersabar. Begitupun tatkala penyakit lainnya menyerang saat paru-parunya  terendam cairan.

Perwira yang pernah ditugaskan dalam Operasi Tuntas I Timor Timur dari tahun 1993- 1997  ini  sudah  pasrah jika maut menjemputnya. Sebulan lebih tebaring tak berdaya menahan sakit, namun semangat di hatinya terpatri untuk sembuh demi tugas baru  sebagai Kepala Badan Pembinaan  Administrasi Veteran dan Cadangan (Kababinminvetcad) Kodam III /Siliwangi.

" Meski saya sakit, saya ingin berkarya semampu saya dan mempersembahkan yang terbaik  untuk institusi, untuk corps, keluarga, masyarakat , bangsa dan negara", jelasnya dengan suara lemah.

Ayah dari Fajri FD Ramadhan, Nabila Fitua Putri dan Fikar Ditya Kelana ini ada terbersit keinginan mulia  jika sembuh   ingin memberikan kaki palsu dan memperbaiki rumah veteran yang tidak layak.

Di atas pembaringan di tengah sakitnya  tak henti  berzikir  dan  otaknya berputar terus bagaimana  tetap bisa menjalankan tugas.

Tugas sebagai  Kababinminvetcaddam III/Siliwangi   resmi diemban pada Agustus 2024 lalu, pada bulan berikutnya September 2024  kesehatannya menurun dengan diagnosa  paru-parunya terendam cairan.

"Sebulan lebih Saya terbaring. Biaya rawat inap, operasi dan obat-obatan sudah di luar tanggungan  negara. Biaya yang harus dibayar 12 juta lebih sementara uang yang tersisa cuma 700 ribu,  ungkap mantan Kainfolahta dan Kabintal Kodam III/Siliwangi ini masygul.

Semula Budi ingin meminta bantuan sang isteri mencari pinjaman, namun tal disangka bantuan dari teman sejawat datang  dan melunasi semua biaya rumah sakit bahkan berlebih.

Teringat akan tugasnya yang mengurus para veteran, begitu  pulang dari rumah sakit, dan teringat akan janjinya yang ingin memberikan kaki palsu serta bedah rumah  veteran segera ia realisasikan dengan cepat.

Melalui acara  'Pesta Rakyat" di Manonjaya Tasikmalaya pada 28 Desember 2024 lalu, bertepatan dengan  hari kelahirannya  perwira yang dikenal dekat dengan Pangkogabwilhan I Letjen TNI Kunto Arief Wibowo ini  merealisasikan niatnya memberikan kaki palsu dan bedah rumah untuk veteran.

"Niat Saya ternyata   didukung penuh teman-teman terutama Pangkogabwilhan I yang mau    hadir  langsung kesini begitu selesai tugas dari Cirebon", tandas Budi dengan mata berbinar.

Siapa pun yang hadir di "Pesta Rakyat " itu  semua nampak gembira dan terharu.

Dedi Suryaman, veteran berkaki satu yang mendapat kaki palsu dan dipasangkan oleh Letjen Kunto nampak terharu. Juga saat rumah tak layak huninya dibedah menjadi rumah yang indah dan representatif.

Pemberian kaki palsu, bedah rumah, pembagian paket sembako, pembangunan sekolah gratis, pembangunan pesantren tahfiz,  napak tilas peristiwa Bojong Kokosa, Bandung Lautan Api,  itu karya yang terlihat. Sebenarnya banyak sekali karya seorang Budi Iman Santoso  yang pantas ditulis dengan tinta emas di mata penulis, tapi  penulis untuk  mengenal dan menggali sosoknya dari orang-orang terdekatnya serta dari hasil investigasi  waktunya amatlah terbatas.

Sesuai dengan namanya Budi Iman Santoso , orangnya selalu berpikir positif bertawakal terhadap kemahaperkasaan Allah sehingga membuat hatinya damai. Kababinminvetcadam III/Siliwangi ini , ingin mempersembahkan karya terbaiknya dengan  bersedekah,  manunggal bersama rakyat Jabar.   Di tengah deraan fisik yang menahan sakit,  putera daerah asli Tasikmalaya ini bersyukur didampingi oleh Muthya Diana yang setia mendampingi dalam suka duka,  dalam  keadaan sehat dan sakit serta 3 putera puterinya yang selalu mensupport.

"Saya ingin ketika Saya tiada, saya dikenang sebagai ayah, warga dan tentara  yang baik di mata  semua orang khususnya keluarga dan anak-anak  saya",  jelasnya mengakhiri pertemuan dengan penulis


SHARE THIS

Author:

MARI MEMBANGUN KEBERSAMAAN, BERSAMA KITA BERJUANG

0 Please Share a Your Opinion.:

Diharap Memberi Komentar Yang Sopan & Santun
Terimakasih Atas Partisipasi Mengunjungi Web Kami

Hukum

Kesehatan

»

Serba Serbi