Annar Salahuddin Sampetoding yang disebut berinisial ASS adalah sebagai pengusaha sukses, yang saat ini disangkakan jadi buron pihak kepolisian Sulsel karena diduga terlibat memproduksi uang palsu UIN Makassar.
Annar
Salahuddin Sampetoding lahir di
Makassar, keturunan darah Mandar, Bugis, Gowa dan Toraja. Ibunya bernama Amalia,
orang Mandar dan ayahnya bernama Pung Atto, asli orang Toraja yang bermarga
Sampetoding.
Annar pernah
terlibat dalam sejumlah peristiwa yang menarik sorotan, salah satunya adalah
somasi yang diajukan kepada Fuad Hasan Masyhur, pemilik Maktour dan mertua
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Dito Ariotedjo, pada 23 Juli 2023. Ini terkait
dengan utang senilai Rp105,5 miliar yang timbul dari perjanjian jual beli tanah
yang ditandatangani pada 28 Maret 2016. Saat itu Annar menuntut Fuad untuk
segera melunasi kewajiban tersebut. Namun justru Fuad melayangkan somasi balik.
Annar juga dikenal
memiliki koneksi di dunia bisnis dan politik, termasuk hubungan dengan Ferdy
Sambo yangh disebut sebut masih satu family, yang tentu semakin menambah daya tarik bagi
publik terhadap orang yang dianggap paling bertanggung jawab dalam kasus Uang
Palsu UIN tersebut.
Kiprahnya didunia
bisnis dan organisasi adalah hal yang biasa baginya. Annar aktif dalam berbagai
organisasi sosial dan bisnis, baik di tingkat lokal maupun nasional. Ia juga
pernah menjadi Wakil Ketua Umum Kadin, bahkan disebutkan jika beberapa waktu
lalu sebelum kasus UIN mencuat, Annar bertemu dengan politisi Partai Keadilan
Sejahtera (PKS), Muhammad Shafir Gora, yang datang bersilaturahmi bersama
pengurus DPW PKS Sulsel. Diceritakan bahwa saat itu Annar mengenang kembali
hubungan panjangnya dengan PKS, yang dimulai 15 tahun lalu ketika ia bergabung
dengan Dewan Pakar PKS Sulsel.
Nyalinyapun
pantas diapresiasi dengan langkahnya yang sempat mendaftar sebagai bakal calon
gubernur (bacalon Pilgub) Sulawesi Selatan 2024.
Dalam sebuah
wawancara dengan awak media pada 22 Juli 2024, Annar mengungkapkan visi misinya
untuk memindahkan ibu kota Provinsi Sulsel ke salah satu dari tiga wilayah
Kabupaten Pinrang, Sidrap, atau Pare-pare, namun sayang, Annar tak mendapat tempat
dihati Partai sehingga dirinya gagal menjadi kontestan Cagub Sulsel 27 Juli
2024.
Pada peristiwa
mencuatnya kasus Ferdy Sambo, Annar Salahuddin Sampetoding menjabat sebagai Ketua
Yayasan Keturunan Tomanurung Sulawesi Selatan. Saat konferensi pers di Jakarta
Pusat, Rabu (15/3/23), Annar sangat ngotot membela dan menyatakan bahwa dirinya
bersama sejumlah pihak menolak hukuman mati untuk Ferdy Sambo yang telah divonis
hakim.
Menurutnya,
Ferdy Sambo sedang menjalani Siri' Na Pacce sehingga menimbulkan akibat dalam
pembunuhan Brigadir Yosua. Ia meyakini ada kelompok aktivis kemanusiaan yang
menolak hukuman tersebut karena dianggap bertentangan dengan budaya Sulsel Siri'
na Pacce yang artinya malu dan kepedihan yang sangat mendalam sekali yaitu
menjunjung tinggi harkat dan martabat keluarga.
Bahkan Annar menuding jika vonis mati terhadap Ferdy Sambo berlebihan karena hukuman itu diberikan untuk memenuhi keinginan masyarakat tertentu semata dan bukan atas dasar keadilan yang substantif. "Kami menganggap bahwa vonis mati terhadap saudara kami Ferdy Sambo sangatlah berlebihan. Bahwa betul beliau bersalah, tetapi apakah hukuman mati adalah vonis yang tepat?" kata dia saat itu.
Annar juga
pernah berencana ikut bertarung dalam perebutan kursi Gubernur Sulbar pada
Pilkada 2017 lalu melalui jalur independen, ASS menggandeng Syahrir Hamdani
sebagai wakilnya akan tetapi mereka gagal sebelum hingga konstasi Pilgub
dimulai karena tidak memenuhi persyaratan administrasi, yakni dukungan KTP.
Pilgub Sulbar 2017 yang dilaksanakan pada 15 Februari 2017 lalu itu, hanya
diikuti tiga pasangan calon, yakni Suhardi Duka (Mantan Bupati Mamuju)
berpasangan dengan Kalma Katta Mantan Bupati Majene. Kemudian paslon Salim S.
Mengga (Anggota DPR-RI, Mayjend. TNI (Purn.) berpasangan pengusaha Hasanuddin
Mashud serta paslon Ali Baal Masdar (Mantan Bupati Polewali Mandar) berpasangan
Enny Anggraeni Anwar (Anggota DPR-RI, istri Gubernur Sulbar Anwar Adnan Saleh)
yang akhirnya jadi pemenang.
Seperti yang
jadi viral saat ini, adanya produksi massal uang palsu didalam kampus UIN,
Makassar, Annar yang dinisial ASS mempunya peran Vital sevagai Investor
Produksi Uang Palsu Bernilai Triliunan tersebut,
Pada Kamis
(19/12/24), Kapolda Sulsel, Irjen Pol Yudhiawan Wibisono didampingi Kapolres
Gowa, AKBP Reonald Simanjuntak bertempat di Mapolres Gowa, Jl Syamsuddin Tunru,
Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, mengungkapkan sosok ASS
yang membiayai pembelian bahan baku untuk memproduksi uang palsu, salah satunya
pengadaan mesin percatakan senile 600 juta rupiah yang dipesan dari Cina melaui
jalur Surabaya.
Menurut
Yudhiawan, sebelum mesin pencetak uang palsu di Kampus UIN ditemukan, polisi
lebih dahulu mendatangi rumah di Jl Sunu 3, Kota Makassar. Rumah itu dijadikan
tempat produksi pertama kali sebelum dipindahkan ke UIN dan rumah tersebut ternya
adalah milik ASS, namun produksi di Jl Sunu dihentikan karena jumlah uang yang
akan dicetak membutuhkan mesin dengan kapasitas lebih besar sementara rumah
tersebut dianggap tak mampu menampung Mesin percetakan besar, olehnya itu,
dengan inisiati mereka termasuk kepala perpustakaan UIN memindahkan ke kampus UIN.
17 orang
telah ditahan dan ditetapkan sebagai tersangka. 3 orang yang disebut paling
bertanggung jawab dalam kasus uang palsu UIN yaitu Andi Ibrahim, Syahruna serta
Annar Salahuddin Sampetoding yang masih dalam daftar pencarian orang (DPO).
Hingga ssati ini, polisi masih terus memburu beberapa orang yang melarikan diri termasuk ASS yang telah ditetapkan jadi DPO. Masyarakat tentu akan menanti siapa sebenarnya sosok ASS tersebut, apakah sosok itu adalah Annar Salahuddin Sampetoding atau ada sosok lain ? namun yang pasti hingga saat ini, Annar tak pernah muncul dimedia bahkan untuk ditemui oleh para awak media terputus komunikasi.
Oleh Redaksi dari berbagai Sumber.
0 Please Share a Your Opinion.:
Diharap Memberi Komentar Yang Sopan & Santun
Terimakasih Atas Partisipasi Mengunjungi Web Kami