HR.ID - Nama pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asy'ari tidak lagi dimuat dalam Kamus Sejarah Indonesia Jilid I buatan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud. Anenya lagi, pahlawan nasional sekaligus pendiri NU tidak diakui oleh buku terbitan Kemendikbud sementara tokoh yang dianggap penyokong radikalisme dari kelompok Partai Kominis (PKI) justru mendapat tempat di buku terbitan Kemendikbud.
Justru tercantum dalam kamus tersebut adalah nama-nama sejumlah
tokoh Partai Komunis Indonesia (
Dipa Nusantara (DN) Aidit Profil DN Aidit ditemukan pada Kamus Sejarah Indonesia halaman
58. DN Aidit membawa PKI sebagai partai terbesar keempat di Indonesia pada
Pemilu 1955 dan partai komunis ke-3 terbesar di dunia setelah Rusia dan China.
Ada Darsono atau Raden Darsono Notosudirjo yang ditemukan
pada halaman 51. Ia adalah tokoh Sarekat Islam (SI) yang pernah menjabat
sebagai Ketua Partai Komunis Indonesia pada 1920-1925.
Menaggapi hal ini, media sosial ramai-ramai memprotes kebijakan
yang diambil oleh pemerintah terkhusus dalam kementerian pendidikan yang
dipimpin oleh Nadem Makarim. Sebagaimana
Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan merilis kamus sejarah yang memuat sejumlah tokoh nasional. Mereka
menghubungkan alur cerita yang perna diungkapkan Megawati Soekarno Putri yang
meminta menteri Pendidikan menaggapi keinginannya untuk kisah tahun 1975 silam.
Megawati Soekarnoputri mantan Presiden RI yang ke 5 saat itu, 5 bulan yang lalu telah meminta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, meluruskan sejarah peristiwa pembantaian orang-orang yang dituduh komunis dalam peristiwa bersejarah tahun 1965.
Kata ketua Umum PDIP itu, banyak catatan sejarah hilang pada periode 1965, karena politik anti-Soekarno atau De-Soekarnoisasi yang dibangun oleh Presiden Soeharto selama 32 tahun rezim Orde Baru.
"Saya bicara kepada Pak Nadiem, karena beliau menteri pendidikan dan kebudayaan. Ya harus bagaimana ya? Apakah hal ini tidak boleh diajarkan? Apakah sejarah bangsa kita harus terputus?" kata Megawati dalam Webinar Pembukaan Pameran Daring & Dialog Sejarah, Museum Kepresidenan RI Balai Kirti, Selasa (24/11/2020) lalu.
Megawati melanjutkan, "Dari abad sekian arkeolog bilang begini-begitu, ada ratu ini, ada raja ini, tapi tahun 65 begitu, menurut saya seperti sejarah itu dipotong, disambung, dan ini dihapus
Menurut Mega, hal ini harus segera diluruskan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sehingga semua sejarah bangsa tercatat secara benar.
"Permintaan saya itu, tidakkah bisa diluruskan kembali (sejarah tentang) seorang yang bisa memerdekakan bangsa ini?" ucapnya.
Oleh sebab itu, Ketua Umum PDI Perjuangan ini menyarankan Nadiem untuk memasukkan buku-buku Soekarno dalam kurikulum pendidikan Indonesia.
"Alangkah sayangnya, dari pikiran-pikiran yang telah diserah oleh seorang Bung Karno, yang seharusnya kalau menurut saya Pak Nadiem, itu harus jadi salah satu kurikulum," kata Megawati.
Beberaqpa netizen menaggapi hal ini. Seperti akun Masyumi ? ya PBB @ariflukman2268. Tulis dia “Kalau ingin meluruskan sejarah bangsa ini ibu Megawati tidak bisa minta Mendikbud pak Nadiem Makarim seorang diri, harus undang beberapa ahli tatanegara dan ahli sejarah. Jadi tidak bisa urusan besar ini dipikul sendiri oleh Mendikbud.”
Akun Bunga Retweet @ginabunga_1979 “Sejarah pki sudah jelas dan gamblang apanya yg diluruskan??
Bung Didik @didik_bung “Ada hubungannya gak ya? dg buku sejarah
Kemdikbud yg byk menyebutkan tokoh kaum komunis dan menihilkan tokoh NU Kyai
Hasyim Asy'ari???”
Inyong @inyongbralink “Wajahnya semakin menua, hasrat politik
nya kaya abg, waktu nya istirahat mbah mega
Endedgbid @ended_gbid “ Mula’ pelajaran pancasila dan bhs
indonesia tdk masuk pelajaran...trus KH Hasyim ashari di hapus dr sejarah
pendiri NU.”
Nanti apalagi? Mesjid" akan di tutup kah?
Red: (MHR)
Megawati Minta Mendikbud Nadiem Luruskan Sejarah Tragedi 1965https://t.co/7cdzs280nh
— GELORA NEWS (@geloraco) April 20, 2021
0 Please Share a Your Opinion.:
Diharap Memberi Komentar Yang Sopan & Santun
Terimakasih Atas Partisipasi Mengunjungi Web Kami