HR.ID - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat Sulawesi Barat tetap mewaspadai adanya potensi gempa susulan. Gempa yang telah terjadi sejak 14/1/21 BMKG mencurigai fenomena langka adanya aktivitas gempa susulan yang terjadi saat ini terpantau miskin gempa (kurang). Olehnya itu BMKG menilai ada dua kemungkinan bisa saja terjadi, energi gempa habis atau ada pengumpulan energi baru.
Dari peyampaian BMKG, pada Sabtu Gempa bumi susulan kembali terjadi di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat pada Sabtu pagi,16 Januari 2021 pukul 06:32:54 WIB / 07:32:54 Wita, Lintang -2.89 dan Bujur 119.03 dengan Magnitude 5.0 SR pada kedalaman gempa 10 Km, berlokasi 20 km Darat TimurLaut MAJENE-SULBAR.
Selain itu, berselang dua jam setelah Gempa M 5,0 di Sulbar, kini kembali gempa mengguncang Kab. Sidrap meski dengan skala kecil. BMKG Melaporkan, Pusat gempa berada di darat 23 km Darat Tenggara Sidenreng Rappang terjadi pada 16/01/2021, pukul 08:08:17 WIB / 09:08:17 Wita, 3.97 Lintang Selatan,120.15 Bujur Timur dengan kekuatan Magnitudo 3.7 SR pada kedalaman 10 Km.
Seperti yang diberitakan oleh Berita Satu bahwa Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, gempa ini adalah gempa ke-32 yang terjadi sejak terjadinya gempa pembuka dengan magnitudo 5,9 pada Kamis (14/1/2021) siang. Tetapi gempa ini menjadi gempa ke-23 pasca gempa utama dengan magnitudo 6,2 pada Jumat (15/1/2021) dini hari.
"Jika mencermati aktivitas gempa Majene saat ini, tampak produktivitas gempa susulannya sangat rendah. Padahal stasiun seismik BMKG sudah cukup baik sebarannya di daerah tersebut. Sehingga gempa-gempa kecil pun akan dapat terekam dengan baik," katanya di Jakarta, Sabtu (16/1/2021) yang juga telah dituliskan di akun Twiter Resmminya DARYONO BMKG @DaryonoBMKG
Daryono menambahkan bahwa hasil monitoring BMKG menunjukkan bahwa gempa Majene ini memang miskin gempa susulan.
"Fenomena ini agak aneh dan kurang lazim. Gempa kuat di kerak dangkal (shallow crustal earthquake) dengan magnitudo 6,2 mestinya diikuti banyak aktivitas gempa susulan, Akan ttp hasil monitoring BMKG menunjukkan hingga hari kedua pasca Gempa Utama 6,2 hingga saat ini baru tjd 23 kali gp susulan" terang dia.
Daryono juga menagatakan, jika kita bandingkan dengan kejadian gempa lain sebelumnya dengan kekuatan yang hampir sama, biasanya pada hari kedua sudah terjadi gempa susulan sangat banyak, bahkan sudah dapat mencapai jumlah sekitar 100 gempa susulan.
“Apakah fenomena rendahnya
produksi aftershocks di Majene ini disebabkan karena telah terjadi proses
disipasi, dimana medan tegangan di zona gempa sudah habis sehingga kondisi
tektonik kemudian menjadi stabil dan kembali normal ?” tanyanya
Dan ini bisa saja terjadi sebalinya, kata dia, atau justru malah sebaliknya, dengan minimnya aktivitas gempa susulan ini menandakan masih tersimpannya medan tegangan yang belum rilis, sehingga masih memungkinkan terjadinya gempa signifikan nanti?
"Fenomena ini membuat kita menaruh curiga, sehingga lebih baik kita patut waspada," ucapnya.
Baginya, inilah perilaku
gempa, sulit diprediksi dan menyimpan banyak ketidakpastian. Sehingga baru
dapat mengkajinya secara spasial dan temporer, akan tetapi untuk mengetahui
besarnya medan tegangan riil dan perubahannya pada kulit bumi masih sulit
dilakukan.
Red: (MHR)
0 Please Share a Your Opinion.:
Diharap Memberi Komentar Yang Sopan & Santun
Terimakasih Atas Partisipasi Mengunjungi Web Kami