HR.ID - Mahasiswa
dan masyarakat di distrik Mare meminta bupati Maybrat, Drs. Bernard Sagrim, MM
agar segera mencopot kepala distrik Mare, Ibu Apia Sera karena dinilai
kehadirannya membuat konflik dan tidak beradaptasi dengan masyarakat.
Hal itu disampaikan tokoh
pemuda Mare Naftali Kinho kepada HR via telefon selulernya dari Suswa ibu kota
distrik Mare kabupaten Maybrat provinsi Papua barat, Rabu, (5/7/20).
Menurutnya, kehadiran ibu
kepala distrik selama 3 tahun itu, tidak memberi dampak yang positif, pelayanan
secara optimal dalam melaksanakan tugas dengan baik, dimana ikut intimidasi dan
intervensi alokasi dana kampung sehingga masyarakat dan mahasiswa melakukan
pemalangan kantor distrik Mare pada 27 Juli 2020 lalu.
"Kantor distrik di
palang supaya bupati segera melakukan evaluasi dan copot kepala distrik Mare
yang selama ini ikut intimidasi dan intervensi dana kampung di distrik
itu," akunya.
Selama jabat sebagai kepala
distrik Mare kata Naftali tidak betah di tempat tugas, kantor tidak pernah
dibuka melaksanakan tugas dengan baik, ketika pencairan dana kampung, honor
aparat kampung atau ada kunjungan pejabat ke distrik mare baru kelihatan di
sana.
"Bagi kami mahasiswa
dan masyarakat sebaiknya kepala distrik diganti dan berikan ke anak-anak yang
ada disana jadi kepala distrik supaya tetap betah dan kerja. Jadi kami palang
itu, tidak dibuka tunggu adanya kepala distrik yang baru," pungkasnya.
Selain itu, Asisten I bidang
pemerintahan Setda Maybrat, Drs. Johana Ick yang dihubungi media ini via
telefon selulernya terkait aksi masyarakat dan mahasiswa di distrik Mare palang
kantor distrik namun tidak terhubung.
Red (Engel)
0 Please Share a Your Opinion.:
Diharap Memberi Komentar Yang Sopan & Santun
Terimakasih Atas Partisipasi Mengunjungi Web Kami