HR.ID - Di awal-awal pencanangannya
Citarum Harum begitu gencar dan gegap gempita baik dari segi pemberitaan maupun aksi. Sejak Corona merebak di masa pandemi, program ini terdengar sepi.
Kini gaungnya seakan
memudar. Bila isu dananya
mandeg dan itu benar, gara-gara
corona kian menebar, ini sangatlah
berbahaya bak wabah menular.
Selain target 7 tahun berjalan mundur,
Semangat Satgasnya jadi
kendur,
Prajurit kalah dalam
bertempur,
Hasil kerja kerasnya semua
hancur,
Pelanggaran tak lagi tegas
ditegur,
Programnya perlahan ditinggal kabur.
Industri nakal berani lagi
melanggar, Air Citarum kan kembali berat
tercemar Bau busuk menebar, pembibitan
dan persemaian kering terbakar, dibiarkan terlantar, berhiaskan rumput2
liar, satgasnya bubar.
Itulah mungkin yang terjadi
bila isu dana Citarum Harum tersendat.
Operasional jadi terhambat. Bagaimana hasil
kan hebat, bila dana susah didapat.
Menghadapi isu itu
semua, sebagaimana biasa, tentara tak mau berkomentar apa-apa. Dalam
senyap pandemi corona, mereka tetap bekerja dan berkarya. Meski jauh dari gegap gempita.
Tak peduli lagi
propaganda. Sosialisasi dan tatap
muka. Berjalan dari kota hingga pelosok
desa. Demi bangsa dan negara. Lelah tak
dirasa. Bekerja sejak pagi hingga
senja. Andaikata mati karena lapar dan
dahaga, biarlah dunia saja yang berkata. Kelak rakyat bersaksi itu kematian yang
mulia. Itu sebuah karya. Karya prajurit
tentara walau dalam dilema. Dwi
fungsi ABRI dulu
dicerca. TNI kembali ke barak
walau merana. Tapi bila ada huru hara,
TNI dielu-elukan massa.
Sebagaimana di Citarum Harum keterlibatannya. Operasi militer selain perang kini dipuja.
Inilah pengabdian prajurit
tentara. Terlihat nyata. Semua sektor
bekerja. Persembahkan karya terbaiknya.
Strategi perang digunakan untuk berkarya. Itu amat bagus dan strategis bagi
prajurit berlatih pada kondisi biasa. Kelak di masa perang profesionalisme
prajurit menjadi luar biasa.
Sektor 2
Dansektor 2 Kolonel Mulyono
Hari Santoso, tidak diam di Posko. Sosialisasi,
pembibitan, penghijauan di lahan kritis tetap berjalan, tidak loyo.
Jangan sampai sawah-sawah kering, jadi
puso.
Kepindahannya ke sektor 4
tak jadi masalah. Tugasnya dihadapkan
dengan bangunan liar, limbah dan sampah.
Semboyannya hanya berkata, " Kami datang bawa solusi, bukan masalah".
Sektor 7
Dansektor 7 Kolonel
Poerwadi diawal program karyanya membuat pemetaan.
Di tengah pandemi corona yang menakutkan, program merperbaiki DAS Citarum tetap
berjalan.
Pembersihan bantaran,
pemeliharaan tanaman. Monitoring progres pengerukan sedimen dan penataan
bantaran terus dilakukan. Dengan
menggunakan BIOS 44 Pemeliharaan lahan dan pemeliharaan ikan dilakukan sebagai terobosan.
Monitoring progres
pembangunan IPAL komunal, patroli limbah cegah pabrik berbuat nakal. Pembuatan saung burung berkicaunya itu gagasan yang bisa viral.
Sektor 10, 11 dan 12
Kolonel Khusnul Khuluq Dansektor 10 digantikan oleh Kolonel Ery
Eriyanto dari Sektor 11. Khusnul
Khuluq sebelum bebas tugas, sudah
membuat fundamen yang kuat
tegas. Tidak hanya membangun DAS, juga membantu masalah pemerintah
setempat dengan tuntas. Seperti tawuran warga dan gank motor
yang kerap mengganggu stabilitas. Karang
Taruna dan penduduk desanya dibina
spiritualnya dengan kesabaran tanpa batas.
Dan itu akan diteruskan penggantinya Kolonel Ery dari sektor dua belas
agar pencapaiannya tidak kandas.
Bekerjasama dengan sektor 12 yang waktu itu dijabat Kolonel Purwadi sebelum pindah tugas, melanjutkan terobosan
budidaya ikan dari Jaring terapung
ke bio falk walau masyarakat enggan pindah dan malas. Suatu saat masyarakat akan sadar dan pindah tanpa harus ditegur keras.
Sektor 21
Kolonel Yusep Sudrajat
Dansektor 21 menepis bila progra. Citarum Harum
tak berjalan. Semua satgas yan
tersebar di 18 subsektor tiada henti
memabtau pencemaran. Pengecekan
kwalitas air terus ditingkatkan. Parameternya adalah hidupnya beberapa jenis
ikan. Kondisi airnya dari cemar berat menjadi cemar ringan. Pemulihan ekosistem DAS Citarum hasilnya sudah signifikan.
Sektor 22
Sekarang sektor 22 dipimpin
oleh Kolonel Eppy Gustiawan menggantikan
Kolonel Asep Rahman Taufik. Sebagaimana
mantan, programnya akan terus
dilanjutkan. Dari penanaman, pemeliharan
pepohonan, sampai pembersihan bangunan
liar dan sampah di bantaran. Membangun
tandon air dan beternak cacing menggugah
masyarakat agar punya penghasilan
tambahan. Pembuatan kompos dan patroli sungai juga rutin dikerjakan.
Tulisan di atas, hanyalah guratan pena di atas kertas. Dilihat penulis dari pantauan sekilas. Terhadap kinerja para Dansektor dan Satgas.
Yang tetap bekerja keras. Itu memberi kesan yang mendalam dan berbekas. TNI
adalah milik rakyat dan selamanya milik rakyat yang selalu menjaga
stabilitas. Dan stabilitas itu jangan
dikebiri karena anggaran yang dialokasikan jadi serba terbatas.
Red: (Siti Sundari).
Semangat💪 lillahi ta'ala
ReplyDelete