Sunday, August 09, 2020

Dua Tahun Lebih Berjalan, Apa Kabar Citarum Harum



HR.ID - Di awal-awal pencanangannya Citarum Harum begitu gencar dan gegap gempita baik dari segi   pemberitaan maupun aksi. Sejak  Corona merebak di masa pandemi,  program ini terdengar sepi.

Kini gaungnya seakan memudar. Bila  isu  dananya  mandeg  dan itu benar, gara-gara corona kian menebar,  ini sangatlah berbahaya bak wabah menular.

Selain target 7 tahun  berjalan mundur, 
Semangat Satgasnya jadi kendur, 
Prajurit kalah dalam bertempur,
Hasil kerja kerasnya semua hancur,
Pelanggaran tak lagi tegas ditegur,
Programnya perlahan  ditinggal kabur. 

Industri nakal berani lagi melanggar,  Air Citarum kan kembali berat tercemar  Bau busuk menebar, pembibitan dan persemaian kering terbakar, dibiarkan terlantar, berhiaskan rumput2 liar,  satgasnya bubar.

Itulah mungkin yang terjadi bila isu dana  Citarum Harum tersendat. Operasional jadi terhambat. Bagaimana hasil  kan hebat, bila dana susah didapat.

Menghadapi isu itu semua,  sebagaimana biasa,  tentara tak mau berkomentar apa-apa. Dalam senyap pandemi corona, mereka tetap bekerja dan berkarya.  Meski jauh dari gegap gempita.

Tak peduli lagi propaganda.   Sosialisasi dan tatap muka.  Berjalan dari kota hingga pelosok desa. Demi bangsa dan negara.  Lelah tak dirasa.  Bekerja sejak pagi hingga senja.  Andaikata mati karena lapar dan dahaga,  biarlah dunia  saja yang berkata.  Kelak rakyat bersaksi itu kematian yang mulia. Itu sebuah karya.  Karya prajurit tentara walau dalam dilema.  Dwi fungsi  ABRI  dulu  dicerca. TNI  kembali ke barak walau merana. Tapi bila ada huru hara,  TNI dielu-elukan massa.  Sebagaimana di Citarum Harum keterlibatannya.  Operasi militer selain perang kini dipuja.

Inilah pengabdian prajurit tentara. Terlihat nyata.  Semua sektor bekerja.  Persembahkan karya terbaiknya. Strategi perang digunakan untuk berkarya. Itu amat bagus dan strategis bagi prajurit berlatih pada kondisi biasa. Kelak di masa perang profesionalisme prajurit menjadi luar biasa.

Sektor 2

Dansektor 2 Kolonel Mulyono Hari Santoso,  tidak diam di Posko.  Sosialisasi,  pembibitan, penghijauan di lahan kritis tetap berjalan, tidak loyo. Jangan sampai sawah-sawah kering,  jadi puso.

Kepindahannya ke sektor 4 tak jadi masalah. Tugasnya  dihadapkan dengan  bangunan liar, limbah dan sampah. Semboyannya hanya berkata, " Kami datang bawa solusi,  bukan masalah".


Sektor 7


Dansektor 7 Kolonel Poerwadi  diawal program  karyanya membuat pemetaan.
Di tengah  pandemi corona  yang menakutkan,  program merperbaiki DAS Citarum tetap berjalan.

Pembersihan bantaran, pemeliharaan tanaman. Monitoring progres pengerukan sedimen dan penataan bantaran terus dilakukan.  Dengan menggunakan BIOS 44 Pemeliharaan lahan dan pemeliharaan ikan  dilakukan sebagai terobosan.

Monitoring progres pembangunan IPAL komunal, patroli limbah cegah pabrik berbuat nakal.  Pembuatan saung burung berkicaunya  itu gagasan yang bisa viral.

Sektor 10, 11 dan 12

Kolonel Khusnul Khuluq  Dansektor 10 digantikan oleh Kolonel Ery Eriyanto dari Sektor 11.  Khusnul Khuluq   sebelum bebas tugas,  sudah  membuat fundamen yang kuat  tegas.  Tidak hanya membangun DAS,  juga membantu masalah pemerintah setempat  dengan tuntas.  Seperti tawuran warga dan gank motor yang  kerap mengganggu stabilitas. Karang Taruna dan penduduk desanya  dibina spiritualnya dengan kesabaran tanpa batas.  Dan itu akan diteruskan penggantinya Kolonel Ery dari sektor dua belas agar pencapaiannya tidak kandas.  Bekerjasama dengan sektor 12 yang waktu itu dijabat Kolonel Purwadi  sebelum pindah tugas, melanjutkan terobosan budidaya ikan dari Jaring terapung  ke  bio falk walau  masyarakat enggan pindah dan  malas. Suatu saat masyarakat akan  sadar dan pindah tanpa  harus ditegur keras.



Sektor 21

Kolonel Yusep Sudrajat Dansektor 21  menepis bila progra.  Citarum Harum  tak berjalan.  Semua satgas yan tersebar di 18 subsektor  tiada henti memabtau pencemaran.  Pengecekan kwalitas  air terus ditingkatkan.  Parameternya adalah hidupnya beberapa jenis ikan. Kondisi airnya dari cemar berat menjadi cemar ringan.  Pemulihan ekosistem  DAS Citarum hasilnya sudah signifikan.

Sektor 22

Sekarang sektor 22 dipimpin oleh Kolonel Eppy Gustiawan  menggantikan Kolonel Asep Rahman Taufik.  Sebagaimana mantan,  programnya akan terus dilanjutkan. Dari penanaman,  pemeliharan pepohonan,  sampai pembersihan bangunan liar dan sampah di  bantaran. Membangun tandon air dan beternak cacing  menggugah masyarakat agar  punya penghasilan tambahan. Pembuatan kompos dan patroli sungai juga  rutin dikerjakan.

Tulisan di atas,  hanyalah guratan pena di atas kertas.  Dilihat penulis dari pantauan sekilas.  Terhadap kinerja para Dansektor dan Satgas. Yang tetap bekerja keras. Itu memberi kesan yang mendalam dan berbekas.  TNI   adalah milik rakyat dan selamanya milik rakyat yang selalu menjaga stabilitas.  Dan stabilitas itu jangan dikebiri karena anggaran  yang  dialokasikan jadi serba terbatas.

Red: (Siti Sundari).


SHARE THIS

Author:

MARI MEMBANGUN KEBERSAMAAN, BERSAMA KITA BERJUANG

1 comment:

Diharap Memberi Komentar Yang Sopan & Santun
Terimakasih Atas Partisipasi Mengunjungi Web Kami

Hukum

Kesehatan

»

Serba Serbi