Kata "posko" atau pos komando biasanya digunakan di bidang militer. Namun posko yang dimaksud di sini bukanlah pos militer, melainkan nama suatu resto yang berada di Kota Bandung. Memang, jarang -jarang orang menggunakan istilah militer untuk sebuah cafe atau rumah makan. "Posko Coffee & Resto", demikian nama resto itu. Nama yang kental dengan "kemiliteran".
Bukan hanya nama restonya saja yang berbau militer, menu menu yang disajikan pun menggunakan istilah-istilah militer yang cukup unik
Bila kita membuka buku menu, di situ terpampang menu "Ayam Goreng Kremes Tamtama", "Ayam Goreng Geprek Bintara ", "Ayam Goreng Rempah Perwira", "Bala-bala Infanteri", "Lumpia Semarang Paskhas", "Tahu Crispy Komando", "Banana Cheese Navy" , "Singkong Slim Kopassus", dan masih banyak menu lainnya baik berupa minuman atau cemilan yang menggunakan istilah militer.
Cukup kreatif dan unik memang. Selidik punya selidik, Widiyawati Setyaningrum, sang pemilik "Posko" ternyata isteri seorang prajurit TNI AD.
"Awalnya susah juga
saya memberi nama resto saya. Namanya harus
unik, singkat, tidak hanya mudah diucapkan, juga mudah melekat di ingatan orang. Mungkin karena saya isteri
prajurit, dan letaknya dekat dengan dua sesko,(Seskoad & Sesko TNI)
akhirnya saya terinspirasi untuk kasih
nama posko," ungkap wanita
kelahiran Kebumen itu.
Bagi Widiya, Posko bukan
sekedar kafe atau rumah makan, atau
sarana penyaluran hobbynya yang suka berbisnis, tapi lebih dari itu
merupakan jalan bagi dirinya untuk bisa
berkarya dan berbagi kepada sesama
melalui kegiatan sosial. Sejak Posko berdiri tanggal 22 Desember 2018, maka 2
bulan kemudian tepatnya bulan Februari 2019,
langsung berjalan kegiatan kajian dan
berbagi nasi berkah. Tak hanya di dalam posko kegiatan dilaksanakan,
juga decara berkala melakukan kunjungan ke panti sosial dan jompo, ke lembaga
pemasyarakatan, atau sekedar
menghibur dengan mengajak wisata
anak-anak PAUD dari sekolah yang serba
kekurangan di pedesaan.
" Di sini Kami rutin mengadakan pengajian tiap hari
Selasa, Jumat berkah, dan baksos.
Tiap ada pengajian Posko ini dipadati jemaah yang datang. Itu memberi kepuasan tersendiri bagi
saya," ujar anggota Persit isteri Brigjen TNI Dwiyanto Budi Prabowo itu
lebih jauh.
Selain mengadakan pengajian
dan kegiatan sosial, diakui Wid, Posko juga merupakan sarana mengaktualisasikan
dirinya untuk eksis dalam bermasyarakat
dan berorganisasi. Tak kurang dari 10
organisasi/ komunitas yang
diikuti, menjadikan Posko sebagai
"base camp"-nya seperti
komunitas "Lagu-lagu
Lawas", "Lion
Dance", " Bintang
Terang", "Terrano Community",
dan komunitas lainnya.
Lengkap sudah impian ibu
dari 3 anak laki-laki dan 1 perempuan itu dalam menjalani kehidupan. Tak habis
rasa syukur ia ucapkan dalam hati. Bagaimana tidak bersyukur, dengan segala
yang telah diraihnya ini. Di sela tugasnya sebagai istri prajurit yang siap
mendampingi suami tugas di mana pun, Wid juga ingin berkarya tanpa harus
mendompleng jabatan suami yang perwira. Suami yang sudah
"berbintang", putera-puteri yang sehat dan sudah bekerja, kehadiran
4 cucunya dari 2 anak yang sudah menikah, kian melengkapi
kebahagiaannya.
Putera sulungnya, Aditiya
Prabowo, mengikuti jejak sang ayah menjadi tentara dan sudah menjadi perwira muda di
Kopassus, salah satu pasukan elit TNI AD, sudah memberinya 3 orang cucu. Sementara 3
adiknya Yudistira Prabowo, Merinia Ayu
Prabowo dan Bririyan Prabowo, tidak terjun ke milliter, tapi
sukses di bidang lainnya yang amat membanggakan.
Kesuksesan yang diraih perempuan ulet itu, tentu melalui suatu proses yang
panjang dan berliku. Tidak begitu saja datang kesuksesan menghampirinya. Sebagai perempuan biasa, Wid sedikit tahu
bagaimana menjadi isteri prajurit
karena kakak kandungnya juga seorang tentara .
"Saya ketemu bapak (suami), saat saya masih kelas 2 SMA yang kebetulan 1 angkatan dengan kakak
saya, AKMIL lulusan 1985. Begitu lulus bapak bertugas di Batalyon 751 Sentani Papua. Maka setelah menikah tahun
1987, saya langsung diboyong ke Sentani. Di situ saya banyak belajar.
Belajar mandiri dan belajar menjadi pemimpin, serta belajar memberi
keputusan untuk orang lain karena suami
sebagai Danton, " jelas wanita berpenampilan sederhana ini.
Selama 9 tahun mendampingi suami bertugas di
Sentani, banyak cerita dan pengalaman
seru yang penuh tantangan. Sebagai pasangan pengantin baru, Wid termasuk cepat beradaptasi dengan lingkungan
dan bagaimana menjadi isteri prajurit.
"Saya sering ditinggal
sendiri karena suami pergi ke pos perbatasan di hutan yang lumayan jauh. Daerahnya masih sepi. Situasinya masih belum
aman karena banyak pergerakan GPK (Gerombolan Pengacau Keamanan) cikal bakal lahirnya OPM
(Organisasi Papua Merdeka). Saya harus mandiri dan tidak boleh mengeluh. Untuk mengisi waktu saya melakukan banyak kegiatan termasuk belajar
bisnis", papar Wid detail.
Di Papua, lanjut Wid, hanya ada seorang dokter kandungan itu pun
adanya jauh di Jayapura. Maka kalau ada isteri anggota yang
sakit atau mau melahirkan, bila harus dirujuk ke rumah sakit tapi tidak
punya biaya, sungguh keadaan yang penuh tantangan dan sulit. Tapi dengan
kekompakan kami para isteri prajurit yang bahu membahu membantu, semua itu bisa
teratasi. Itu indah sekali. Pengalaman itu tak terlupakan," ungkap pegiat sosial itu berkisah.
Di Sentani pula, wanita
tangguh yang akrab disapa "mamah" ini oleh jemaah pengajiannya, makin terasah kemampuan berbisnisnya. Apa pun
ia lakukan untuk mendapat penghasilan tambahan
dan tidak selalu bergantung kepada suami. Yang teringat dan selalu terpahat di kalbunya
adalah kata-kata saat perwira muda yang kini menjadi suaminya itu
mengajaknya menikah.
" Menikah dengan tentara
itu kamu jangan pernah bermimpi menjadi kaya. Yang jelas, kamu saya
nikahi, kamu tidak akan kehujanan dan
kelaparan," jelas Wanita kelahiran
bulan April 54 tahun yang lalu itu .
"Ya jelas tidak
kehujanan dan kelaparan, wong ada mess dan dapat beras bagian, " sambung
Widiyawati terbahak.
Dari kata-kata itu pula yang
akhirnya membuat isteri perwira bintang satu itu terpecut untuk berbisnis. Bisnis tas dari Negeri Kanguru,
bisnis perhiasan mutiara, juga agen
asuransi pun dirambahnya. Sebagai agen asuransi prestasinya pun luar
biasa.2 hari setelah bergabung istri prajurit itu langsung bisa memasukkan
banyak klien. Prestasinya itu menghantarkannya ke gerbang kesuksesan
dengan banyaknya kocek yang mengalir ke sakunya. Juga berbagai fasilitas bisa
dinikmatinya termasuk tour ke luar negeri.
Setelah 9 tahun tugas di
Sentani, akhirnya Dwiyanto sang suami
pun pindah tugas ke Cimahi, palembang,
Garut, Magelang, dan Bandung seiring jabatan dan pendidikan yang dijalani.
Terakhir bertugas di SESKO TNI sebelum akhirnya pindah tugas di
Mabes TNI Jakarta.
Suami banyak bertugas di
Bandung, sesuai namanya, Widiyawati Setyaningrum, isteri prajurit ini pun setia
mendampinginya. Di Kota Bandung pula ibu Persit itu berkarya, bersosial dan berbisnis untuk merenda hari
bersama suami bila masa purna sudah tiba. Berkumpul dalam satu keluarga utuh,
membangun "Posko, Coffee & Resto"
urat nadi kehidupan dan kesuksesannya. Kesuksesan isteri seorang
prajurit sejati.
Red: (Siti Sundari)
0 Please Share a Your Opinion.:
Diharap Memberi Komentar Yang Sopan & Santun
Terimakasih Atas Partisipasi Mengunjungi Web Kami