Thursday, June 04, 2020

Viral. Seorang Wanita Naik Keatas Kap Depan Mobil Ambulance Covid-19 di Makassar. Ini Kronologisnya


HR.Id - Setelah heboh adanya tudingan warga dimanado atas perlakuan pasien corona yang viral diduga pihak Rumah sakit menyogok keluarga pasien, kini beredar video yang memperlihatkan seorang wanita sambil berteriak histeris menahan dengan cara menghadang mobil ambulance Gugus Tugas COVID-19 yang diketahui terjadi di Makassar Sulawesi selatan.


Pada video tersebut tampak wanita itu nekat sampai naik ke atas kap depan mobil, agar ambulance itu berhenti tak beranjak pergi. Video ini viral pada hari rabu (3/6/20).

Berdasarkan informasi yang kami dapatkan  perempuan itu diketahui bernama Andi Arni Esa Putri Abram (24). Sementara video peristiwa dalam video viral itu terjadi di RS Bhayangkara Makassar Sulawesi Selatan (Sulsel) pada hari Senin 6 Juni 2020.

Menurut pengakuan Andi Arni, ia menangis histeris lantaran menolak jenazah ibunya hendak dibawa tim Gugus Tugas COVID-19 ke kompleks pemakaman khusus pasien Corona di Macanda, Kabupaten Gowa, Sulsel

Ia menceritakan peristiwa  insiden itu terjadi pada Jumat (1/6/20), sekitar pukul 16.30 Wita, atau sehari sebelum kejadian. Saat itu, Andi Arni dan adiknya membawa ibunya ke RS Bhayangkara Polda Sulsel lantaran menderita gejala Stroke berupa separuh bagian tubuh ibunya tak bisa digerakkan.

Namun pada malam harinya, yakni sekitar pukul 11.30 Wita, sang ibu meninggal dunia. Ayahnya yang datang belakangan ke rumah sakit lantas meminta Andi Arni menyelesaikan pembayaran ke pihak RS. Saat itulah pihak RS menolak pembayaran dari keluarga Andi Arni lantaran jenazah ibunya dinyatakan PDP Corona.

"Pas saya ke meja perawat mereka bilang, 'Oh tidak, Dek, ini karena PDP tidak bisa dibawa pulang, tidak adaji biayanya,'" ungkap Andi Arni kepada para jurnalis Rabu (3/6/20) yang beberapa diantara mereka merekam video menggunakan HP.

Andi Arni mengaku terkejut mendengar jawaban perawat. Dia lantas membantah ibunya sebagai PDP Corona.

Andi Arni mengaku telah meyakinkan bahwa ibunya tak pernah memperlihatkan gejala mirip Corona, seperti batuk atau demam apalagi hasil swab ibunya dinyatakan negative.

Pada keesokan harinya, Sabtu (1/6/5), jenazah ibunya tetap akan dikemas sesuai protocol covid-19 untuk dimakamkan.

Andi Arni menyaksikan sendiri jenazah ibunya diperlakuakn layaknya pasien corona.  Meski dia memohon agar tidak diperlakukan seperti itu namun petugas rumah sakit tidak bergeming atas permohonannya.

“Etta saya bilang, jagami Ummimu disini Nak, saya akan bicara dulu dengan pimpinan tim Gugus,” ungkap Andi Arni lagi.

Sambil berlinang air mata, Andi Arni juga menceritakan jika ayahnya telah mencium sepatu petugas copid-19 agar jenazah ibunya diserahkan kekeluarga untuk di makamkan di pemakaman keluarga di Bulukumba.

“Jadi Etta saya keluar, dan saya mempercayai salah satu dokter yang mereka sebut itu pak haji.  Nah, pak haji itu mengatakan: Ia dek kita cuman kapankan ibu, nanti kalau mau disholatkan kita tunggu bapak untuk masuk sholatkan bersama-sama, jadi kami percayakan pak haji, karena saya berpikir pak haji tidak bakalan membohongi saya,” lanjut Andi Arni.

Sebelumnya Andi Arni memang telah memohon agar jenazah Ibunya di mandikan dan sholatkan oleh pihak keluarga, namun pihak Rumah sakit menolak hal tersebut. Ia juga mengaku jika ia menyaksikan jenazah ibunya tidak dimandikan akan tetapi dilakukan proses tayamumm (tidak menggunakan air), ia juga meyaksikan ibunya yang masih mengenakan baju lantas dikafani dan dibungkus plastik padahal ibunya bukanlah seorang penderita Covid-19.

Andi Arni memberikan kesaksian bagaimana ketika ibunya yang juga akan dimasukkan kedalam peti dan ia menolaknya karena tidak sesuai dengan cara-cara islam yang tidak menggunakan peti untuk penguburan.

Pengakuan Andi Arni jika dirinya mempertahankan agar jenazah ibunya tidak dimasukkan dalam peti, meskipun dia berusah keras melawan dan menolaknya namun dirinya sekan tak mampu bahkan dia diperlakukan kasar dan bahkan hingga diseret untuk tidak mendekati peti jenazah ibunya.

“Apalah daya saya, satu lawan banyak,” katanya

Andi Arni juga menjelaskan jika dirinya meminta kepada tim untuk tidak mensholatkan jenazah ibunya sebelum Ayahnya datang.

“akan tetapi mereka tetap mengangkat peti keatas meja yang beroda dan saya diseret untuk menjauhi peti dan saya lihat peti Umi saya dipalu palu dan ditutup,” lanjut cerita Andi Arni.


Saat itu Andi Arni merasa tak peduli lagi dengan suasana bahkan ia diseret, pakaian dan jilbabnya ditarik seperti barang.  Namun apa daya seorang diri ia hanya mampu meronta dan menagis untuk menggapai peti itu dengan harapan agar menunggu ayahnya.

“Mereka telah membohongi kami,” kesal Andi Arni sambil menangis

Ia mengais ketika didepan matanmya terlihat jenazah ibunya dibawah ke mobil Ambulance dan dirinya tetap berusaha untuk menggapai peti tersebut namun sebagai seorang wanita ia tak mampu berbuat seorang diri, ia disekap oleh beberapa orang pria dan ketika ada kelonggaran disitulah dirinya mengaku berlari dan menaiki kap depan mobil untuk berbaring dan memohon agar jenazah ibunya diberikan kepadanya, Namun semua usahanya tak iberhasil.

“Mereka itu mengelabui saya, dan saya sadar jika itu adalah salah satu teknik mereka untuk mengelabui saya makanya  mereka mengambil Tetta saya agar saya sendiri didalam,” kepedihan Andi Arni.


Berdasarkan klarifikasi yang kami dapatkan dari Tetta (Ayah) saudara  Andi Arni, Andi Baso Ryadi Mappasulle (46), mengatakan jika dia telah menerima hasil swab test almarhumah istrinya beberapa hari setelah kejadian. Istrinya dinyatakan tidak terjangkit covid-19 atau negatif. 


Untuk itu dia berjanji kan memperjuangkan meminta jenazah istrinya, untuk dikebumikan di pemakaman keluarga. Andi Baso Riyadi mengaku akan berupaya menuntut apapun resikonya kalaupun harus menuntut lewat hukum dia mengaku akan lakukan semua itu. 

Dari hasil tes swab yang dilampirkan berupa surat keterangan berbentuk piagam yang dilakukan pada tanggal 16 Mei 2020 bahwa Almarhum (Nurhayani Abram) dinyatakan negatif covid 19.  Surat keterangan itu dikeluarkan pada tanggal 22 Mei 2020 yang ditandatagani oleh Kepala Rumah Sakit Bhayangkara, dr. Syarief Hidayatullah, Sp, OT, M.Kes.

Hingga berita ini diturunkan kami belum mendapatkan klarifikasi dari pihak Gugus Tugas Covid-19 Sulawesi selatan dan juga dari pihak rumah sakit Bhayangkara Makassar, hanya saja beberapa masyarakat saat ini telan antipati dengan pemerintah dengan adanya kasus semacam ini atas dugaan adanya perdaganagan pasien non corona dijadikan pasien positif corona yang sudah banyak terjadi di Indonesia, bahkan warga masyarakat sudah hampir tak mempercayai lagi adanya Corona seperti yang banyak beredar medsos.

Red: Md 

SHARE THIS

Author:

MARI MEMBANGUN KEBERSAMAAN, BERSAMA KITA BERJUANG

0 Please Share a Your Opinion.:

Diharap Memberi Komentar Yang Sopan & Santun
Terimakasih Atas Partisipasi Mengunjungi Web Kami

Hukum

Kesehatan

»

Serba Serbi