HR.Id - Setelah heboh adanya tudingan warga dimanado atas perlakuan pasien corona yang viral diduga pihak Rumah sakit menyogok keluarga pasien, kini beredar video yang memperlihatkan seorang wanita sambil berteriak histeris menahan dengan cara menghadang mobil ambulance Gugus Tugas COVID-19 yang diketahui terjadi di Makassar Sulawesi selatan.
Pada
video tersebut tampak wanita itu nekat sampai naik ke atas kap depan mobil,
agar ambulance itu berhenti tak beranjak pergi. Video ini viral pada hari rabu (3/6/20).
Berdasarkan
informasi yang kami dapatkan perempuan
itu diketahui bernama Andi Arni Esa Putri Abram (24). Sementara video peristiwa
dalam video viral itu terjadi di RS Bhayangkara Makassar Sulawesi Selatan
(Sulsel) pada hari Senin 6 Juni 2020.
Menurut
pengakuan Andi Arni, ia menangis histeris lantaran menolak jenazah ibunya
hendak dibawa tim Gugus Tugas COVID-19 ke kompleks pemakaman khusus pasien Corona
di Macanda, Kabupaten Gowa, Sulsel
Ia
menceritakan peristiwa insiden itu
terjadi pada Jumat (1/6/20), sekitar pukul 16.30 Wita, atau sehari sebelum
kejadian. Saat itu, Andi Arni dan adiknya membawa ibunya ke RS Bhayangkara
Polda Sulsel lantaran menderita gejala Stroke berupa separuh bagian tubuh
ibunya tak bisa digerakkan.
Namun
pada malam harinya, yakni sekitar pukul 11.30 Wita, sang ibu meninggal dunia.
Ayahnya yang datang belakangan ke rumah sakit lantas meminta Andi Arni
menyelesaikan pembayaran ke pihak RS. Saat itulah pihak RS menolak pembayaran
dari keluarga Andi Arni lantaran jenazah ibunya dinyatakan PDP Corona.
"Pas
saya ke meja perawat mereka bilang, 'Oh tidak, Dek, ini karena PDP tidak bisa
dibawa pulang, tidak adaji biayanya,'" ungkap Andi Arni kepada para
jurnalis Rabu (3/6/20) yang beberapa diantara mereka merekam video menggunakan
HP.
Andi Arni mengaku terkejut mendengar jawaban
perawat. Dia lantas membantah ibunya sebagai PDP Corona.
Andi
Arni mengaku telah meyakinkan bahwa ibunya tak pernah memperlihatkan gejala
mirip Corona, seperti batuk atau demam apalagi hasil swab ibunya dinyatakan
negative.
Pada
keesokan harinya, Sabtu (1/6/5), jenazah ibunya tetap akan dikemas sesuai
protocol covid-19 untuk dimakamkan.
Andi
Arni menyaksikan sendiri jenazah ibunya diperlakuakn layaknya pasien
corona. Meski dia memohon agar tidak
diperlakukan seperti itu namun petugas rumah sakit tidak bergeming atas
permohonannya.
“Etta
saya bilang, jagami Ummimu disini Nak, saya akan bicara dulu dengan pimpinan
tim Gugus,” ungkap Andi Arni lagi.
Sambil
berlinang air mata, Andi Arni juga menceritakan jika ayahnya telah mencium
sepatu petugas copid-19 agar jenazah ibunya diserahkan kekeluarga untuk di
makamkan di pemakaman keluarga di Bulukumba.
“Jadi
Etta saya keluar, dan saya mempercayai salah satu dokter yang mereka sebut itu
pak haji. Nah, pak haji itu mengatakan:
Ia dek kita cuman kapankan ibu, nanti kalau mau disholatkan kita tunggu bapak
untuk masuk sholatkan bersama-sama, jadi kami percayakan pak haji, karena saya
berpikir pak haji tidak bakalan membohongi saya,” lanjut Andi Arni.
Sebelumnya
Andi Arni memang telah memohon agar jenazah Ibunya di mandikan dan sholatkan
oleh pihak keluarga, namun pihak Rumah sakit menolak hal tersebut. Ia juga
mengaku jika ia menyaksikan jenazah ibunya tidak dimandikan akan tetapi
dilakukan proses tayamumm (tidak menggunakan air), ia juga meyaksikan ibunya
yang masih mengenakan baju lantas dikafani dan dibungkus plastik padahal ibunya
bukanlah seorang penderita Covid-19.
Andi
Arni memberikan kesaksian bagaimana ketika ibunya yang juga akan dimasukkan
kedalam peti dan ia menolaknya karena tidak sesuai dengan cara-cara islam yang
tidak menggunakan peti untuk penguburan.
Pengakuan
Andi Arni jika dirinya mempertahankan agar jenazah ibunya tidak dimasukkan
dalam peti, meskipun dia berusah keras melawan dan menolaknya namun dirinya
sekan tak mampu bahkan dia diperlakukan kasar dan bahkan hingga diseret untuk
tidak mendekati peti jenazah ibunya.
“Apalah
daya saya, satu lawan banyak,” katanya
Andi
Arni juga menjelaskan jika dirinya meminta kepada tim untuk tidak mensholatkan
jenazah ibunya sebelum Ayahnya datang.
“akan
tetapi mereka tetap mengangkat peti keatas meja yang beroda dan saya diseret
untuk menjauhi peti dan saya lihat peti Umi saya dipalu palu dan ditutup,”
lanjut cerita Andi Arni.
Saat
itu Andi Arni merasa tak peduli lagi dengan suasana bahkan ia diseret, pakaian
dan jilbabnya ditarik seperti barang.
Namun apa daya seorang diri ia hanya mampu meronta dan menagis untuk
menggapai peti itu dengan harapan agar menunggu ayahnya.
“Mereka
telah membohongi kami,” kesal Andi Arni sambil menangis
Ia
mengais ketika didepan matanmya terlihat jenazah ibunya dibawah ke mobil
Ambulance dan dirinya tetap berusaha untuk menggapai peti tersebut namun
sebagai seorang wanita ia tak mampu berbuat seorang diri, ia disekap oleh
beberapa orang pria dan ketika ada kelonggaran disitulah dirinya mengaku
berlari dan menaiki kap depan mobil untuk berbaring dan memohon agar jenazah
ibunya diberikan kepadanya, Namun semua usahanya tak iberhasil.
“Mereka
itu mengelabui saya, dan saya sadar jika itu adalah salah satu teknik mereka
untuk mengelabui saya makanya mereka
mengambil Tetta saya agar saya sendiri didalam,” kepedihan Andi Arni.
Berdasarkan
klarifikasi yang kami dapatkan dari Tetta (Ayah) saudara Andi Arni, Andi Baso Ryadi Mappasulle (46),
mengatakan jika dia telah menerima hasil swab test almarhumah istrinya beberapa
hari setelah kejadian. Istrinya dinyatakan tidak terjangkit covid-19 atau
negatif.
Untuk itu dia berjanji kan
memperjuangkan meminta jenazah istrinya, untuk dikebumikan di pemakaman
keluarga. Andi Baso Riyadi mengaku akan berupaya menuntut apapun resikonya
kalaupun harus menuntut lewat hukum dia mengaku
akan lakukan semua itu.
Dari
hasil tes swab yang dilampirkan berupa surat keterangan berbentuk piagam yang
dilakukan pada tanggal 16 Mei 2020 bahwa Almarhum (Nurhayani Abram) dinyatakan
negatif covid 19. Surat keterangan itu
dikeluarkan pada tanggal 22 Mei 2020 yang ditandatagani oleh Kepala Rumah Sakit
Bhayangkara, dr. Syarief Hidayatullah, Sp, OT, M.Kes.
Hingga
berita ini diturunkan kami belum mendapatkan klarifikasi dari pihak Gugus Tugas
Covid-19 Sulawesi selatan dan juga dari pihak rumah sakit Bhayangkara Makassar,
hanya saja beberapa masyarakat saat ini telan antipati dengan pemerintah dengan
adanya kasus semacam ini atas dugaan adanya perdaganagan pasien non corona
dijadikan pasien positif corona yang sudah banyak terjadi di Indonesia, bahkan
warga masyarakat sudah hampir tak mempercayai lagi adanya Corona seperti yang
banyak beredar medsos.
Red: Md
0 Please Share a Your Opinion.:
Diharap Memberi Komentar Yang Sopan & Santun
Terimakasih Atas Partisipasi Mengunjungi Web Kami