Oleh : Yansi Tenu,
Perkembangan pandemic corono
di sulawesi selatan semakin meningkat, data per tanggal 11 juni 2020 terjadi
peningkatan kasus yang cukup sicnificant yaitu ODP 460, PDP 369 dan positif
1608, miris juga melihat data ini dimana Sulawesi selatan termasuk mendapat
pantauan dari gugus tugas nasional sebagai akibat dari pertambahan kasus yang
selisihnya sangat sedikit dengan jawa barat,
apa yang terjadi dengan
sulewesi selatan ?
pertanyaan ini selalu akan
muncul dimana sikap optimis yang di sampaikan Bapak Gubenur Sulawesi selatan
dengan asumsi bahwa corona di Sulel akan bebas di bulan mei 2020. Ketika melihat data maka itu
tidak terjadi sehingga melahirkan spekulasi bahwa data tidak di sarikan secara
sempurna sehingga melahirkan kesimpulan yang tidak sempurna pula.
Peran penting science dalam
pengendalian pendemik ini tidak bisa di elakkan, para ahli epidemologi adalah
garda terdepan dalan pengendalian ini karena dari mereka lah kita dapat
melakukan upaya lanjutan agar pendemik ini dapat di kendalikan dan bahkan
hilang. Sinergi di butuhkan, antar semua komponen ahli kesehatan dengan
melibatkan ahli komunikasi, sosiologi dan ekonomi sehingga dengan soliditas itu
sulsel mampu melakukan pengendalian pendemik secara massif.
Mengapa soliditas dibutuhkan ?
Pertama, wabah berjangkitnya
suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat
secara cepat melebihi keadaan yang lazim. Corona telah menjelma menjadi
pandemic, dan telah menyebar secara global.
Kedua proses terinfeksi yang
tadinya adalah transmisi dari luar
daerah masuk kedaerah tersebut, sekarang sudah masuk transmisi local artinya
antar warga sudah dapat saling menginveksi dan mentrasmisikan
virusnya.
Ketiga, jika pendemik ini di
biarkan maka secara langsung dapt mengakibatkan masalah yang labih besar dan
jika tidak di kendalikan secara tepat maka tidak tertutup kemungkinan Sulawesi
selatan akan menjadi zone hitam sama dengan kota Surabaya di jawa timur. Proses
soliditasnya aparat di daerah dapat di liat dari
PERTAMA, Bagaimana birokrasi pemerintahan bekerja, hal
ini dapat di lihat dari kebijakan-kebijakan yang di lahirkan dalam
menanggulangi pandemik ini, apakah sentralisasi birokrasi berlaku sehingga
daerah kabupaten kota tidak dapat melakukan inovasi dalam rangka pengendalian
di wilayahnya, jika sentralisasi birokrasi yang di terapkan maka daerah tidak
dapat melakukan inovasi padahal daerah mampu melakukan semua itu sebagai upaya
menanggulangi daerahnya, keterlibatan tokok masyarakat sangat di butuhkan
sebagai opinion leader sehingga kepatuhan masyakarat menjadi ukuran
keberhasilan penanggulangan pandemik ini.
Pembagian tugas jelas,
kordinasi jelas, siapa yang bertanggung jawab sehingga sistim birokasi bekerja
sesuai dengan tupoksinya dan unsur-unsur yang terlibat bekerja secara
bersama-sama.
KEDUA, Bagaimana mekanisme komunikasi bekerja, prose komunikasi adalah proses dimana pesan,
komunikator dan umpan balik menjadi penting, menanggulangi pandemic adalah
proses kesehatan, cakupan rumah sakit, ketersediaan alat tes dan yang paling
penting partisipasi dan kesadaran tinggi masyarakat untuk taat dan patuh akan
anjuran pemerintah, jika pesan yang baik dan di lakukan oleh komunikator yang
baik, dapat di percaya maka keberhasilan komunikasi dapat terjadi sehingga
masyarakat akan dan taat anjuran pemerintah untuk kepentingan masyarakat dan
untuk menanggulangi wabah ini.
Komunikasi adalah unsur
dimana semua informasi menjadi satu pintu kebijakan, pesan yang di sampikan
menjadi tidak liar sehingga masyakarat menerima informasi yang benar dan
kredibel, komunikator yang terpercaya, pesan yang berkualitas dan cara
penyampaian yang baik maka komunikasi dapat di katakan berhasil.
KETIGA, Bagaimana para ahli
bekerja khususnya kesehatan, karena sifatnya adalag wabah dan berkembang menjadi
pandemik dimana transmisinya sudah masuk kategori local, maka ahli epidemologi
menjadi garda terdepan dalam proses penanggulangan ini, para ahli epidemologi
lah yang tahu, paham cara kerja wabah dan bagaimana melakukan proses
penanggulangannya, para ahli lainnya membantu dan melakukan upaya yang sama,
kita tidak berbicara, berapa meninggal, di rawat sakit sehingga butuh rumah
sakit banyak, tempat tidur banyak, karena wabah menyebar maka ruang-ruang
perawatan pasti tidak dapat menampung jika ledakan terinfeksi terjadi maka
solusi adalah tindakan preventif.
KEEMPAT, Bagaimana melakukan
tindakan preventif, tes yang massif, tracing yang kontak dengan ODP dan PDP
rapi, dan mekanisme serta proses yang di lakukan menjadi terukur, tindakan
preventif adalah pola baku yang di lakukan para ahli jika wabah menyebar,
karena wabah jika tidak di kendalikan dengan baik dapat menjadi pembunuh
massal.
Jika semua mekanisme
bergerak secara baik, solid, terbuka transparan dan dapat di pertanggung
jawabkan, maka kejadian-kejadian pengambilan paksa pasien di rumah sakit,
penolakan rapid tes dan penolakan pemakaman di daerah dapat di kurangi dan
bahkan mungkin masyarakat akan patuh dan taat dari semua kebijakan pemerintah
daerah Sulawesi selatan. Jika masyarakat sudah patuh maka pengendalian wabah
sangat dapat di lakukan dengan baik, keberhasilan pengendalian corona adalah 75
% adalah kesadaran, ketaatan dan
partisipasi masyarakat 25 % adalah kebijakan pemerintah. ( the and)
Penulis Adalah Pemerhati Masalh Sosial / Alumni Universitas Hasanuddin, Makassar
0 Please Share a Your Opinion.:
Diharap Memberi Komentar Yang Sopan & Santun
Terimakasih Atas Partisipasi Mengunjungi Web Kami