Friday, June 12, 2020

Pengendalian Pandemi, Dibutuhkan Soliditas, Catatan Untuk Sulawesi Selatan


Oleh : Yansi Tenu,

Perkembangan pandemic corono di sulawesi selatan semakin meningkat, data per tanggal 11 juni 2020 terjadi peningkatan kasus yang cukup sicnificant yaitu ODP 460, PDP 369 dan positif 1608, miris juga melihat data ini dimana Sulawesi selatan termasuk mendapat pantauan dari gugus tugas nasional sebagai akibat dari pertambahan kasus yang selisihnya sangat sedikit dengan jawa barat,
apa yang terjadi dengan sulewesi selatan ?

pertanyaan ini selalu akan muncul dimana sikap optimis yang di sampaikan Bapak Gubenur Sulawesi selatan dengan asumsi bahwa corona di Sulel akan bebas di  bulan mei 2020. Ketika melihat data maka itu tidak terjadi sehingga melahirkan spekulasi bahwa data tidak di sarikan secara sempurna sehingga melahirkan kesimpulan yang tidak sempurna pula.

Peran penting science dalam pengendalian pendemik ini tidak bisa di elakkan, para ahli epidemologi adalah garda terdepan dalan pengendalian ini karena dari mereka lah kita dapat melakukan upaya lanjutan agar pendemik ini dapat di kendalikan dan bahkan hilang. Sinergi di butuhkan, antar semua komponen ahli kesehatan dengan melibatkan ahli komunikasi, sosiologi dan ekonomi sehingga dengan soliditas itu sulsel mampu melakukan pengendalian pendemik secara massif.

Mengapa soliditas dibutuhkan ?

Pertama, wabah berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara cepat melebihi keadaan yang lazim. Corona telah menjelma menjadi pandemic, dan telah menyebar secara global.

Kedua proses terinfeksi yang tadinya adalah  transmisi dari luar daerah masuk kedaerah tersebut, sekarang sudah masuk transmisi local artinya antar warga sudah dapat saling menginveksi dan mentrasmisikan
virusnya.

Ketiga, jika pendemik ini di biarkan maka secara langsung dapt mengakibatkan masalah yang labih besar dan jika tidak di kendalikan secara tepat maka tidak tertutup kemungkinan Sulawesi selatan akan menjadi zone hitam sama dengan kota Surabaya di jawa timur. Proses soliditasnya aparat di daerah dapat di liat dari

PERTAMA,  Bagaimana birokrasi pemerintahan bekerja, hal ini dapat di lihat dari kebijakan-kebijakan yang di lahirkan dalam menanggulangi pandemik ini, apakah sentralisasi birokrasi berlaku sehingga daerah kabupaten kota tidak dapat melakukan inovasi dalam rangka pengendalian di wilayahnya, jika sentralisasi birokrasi yang di terapkan maka daerah tidak dapat melakukan inovasi padahal daerah mampu melakukan semua itu sebagai upaya menanggulangi daerahnya, keterlibatan tokok masyarakat sangat di butuhkan sebagai opinion leader sehingga kepatuhan masyakarat menjadi ukuran keberhasilan penanggulangan pandemik ini.
Pembagian tugas jelas, kordinasi jelas, siapa yang bertanggung jawab sehingga sistim birokasi bekerja sesuai dengan tupoksinya dan unsur-unsur yang terlibat bekerja secara bersama-sama.

KEDUA,  Bagaimana mekanisme komunikasi bekerja,  prose komunikasi adalah proses dimana pesan, komunikator dan umpan balik menjadi penting, menanggulangi pandemic adalah proses kesehatan, cakupan rumah sakit, ketersediaan alat tes dan yang paling penting partisipasi dan kesadaran tinggi masyarakat untuk taat dan patuh akan anjuran pemerintah, jika pesan yang baik dan di lakukan oleh komunikator yang baik, dapat di percaya maka keberhasilan komunikasi dapat terjadi sehingga masyarakat akan dan taat anjuran pemerintah untuk kepentingan masyarakat dan untuk menanggulangi wabah ini.
Komunikasi adalah unsur dimana semua informasi menjadi satu pintu kebijakan, pesan yang di sampikan menjadi tidak liar sehingga masyakarat menerima informasi yang benar dan kredibel, komunikator yang terpercaya, pesan yang berkualitas dan cara penyampaian yang baik maka komunikasi dapat di katakan berhasil.

KETIGA, Bagaimana para ahli bekerja khususnya kesehatan, karena sifatnya adalag wabah dan berkembang menjadi pandemik dimana transmisinya sudah masuk kategori local, maka ahli epidemologi menjadi garda terdepan dalam proses penanggulangan ini, para ahli epidemologi lah yang tahu, paham cara kerja wabah dan bagaimana melakukan proses penanggulangannya, para ahli lainnya membantu dan melakukan upaya yang sama, kita tidak berbicara, berapa meninggal, di rawat sakit sehingga butuh rumah sakit banyak, tempat tidur banyak, karena wabah menyebar maka ruang-ruang perawatan pasti tidak dapat menampung jika ledakan terinfeksi terjadi maka solusi adalah tindakan preventif.

KEEMPAT, Bagaimana melakukan tindakan preventif, tes yang massif, tracing yang kontak dengan ODP dan PDP rapi, dan mekanisme serta proses yang di lakukan menjadi terukur, tindakan preventif adalah pola baku yang di lakukan para ahli jika wabah menyebar, karena wabah jika tidak di kendalikan dengan baik dapat menjadi pembunuh massal.  

Jika semua mekanisme bergerak secara baik, solid, terbuka transparan dan dapat di pertanggung jawabkan, maka kejadian-kejadian pengambilan paksa pasien di rumah sakit, penolakan rapid tes dan penolakan pemakaman di daerah dapat di kurangi dan bahkan mungkin masyarakat akan patuh dan taat dari semua kebijakan pemerintah daerah Sulawesi selatan. Jika masyarakat sudah patuh maka pengendalian wabah sangat dapat di lakukan dengan baik, keberhasilan pengendalian corona adalah 75 % adalah kesadaran, ketaatan  dan partisipasi masyarakat 25 % adalah kebijakan pemerintah. ( the and)

Penulis Adalah Pemerhati Masalh Sosial / Alumni Universitas Hasanuddin, Makassar

SHARE THIS

Author:

MARI MEMBANGUN KEBERSAMAAN, BERSAMA KITA BERJUANG

0 Please Share a Your Opinion.:

Diharap Memberi Komentar Yang Sopan & Santun
Terimakasih Atas Partisipasi Mengunjungi Web Kami

Hukum

Kesehatan

»

Serba Serbi