Oleh : Yansi Tenu
Berita hari ini seorang yang
pernah terinfeksi virus dan sembuh juga adalah survivor corona yang juga mentan
rektor unhas Prof Idrus Paturusi seorang ahli bedah dan di juluki “ Dokter di
medan Lara “ saat bertemu Pj walikota
Makassar Prof Yusran Yusuf menyampaikan sesuatu yang bisa jadi kita tersentak,
“ kondisi ruang instalasi gawat darurat (IGD) Rumah sakit unhas kritis,
banyak nakes yang terpapar
virus covid-19 dan harus isolasi, hanya tersisa 2 orang dokter yang
negative kata prof idrus, residen bagian
anak 14 orang positif kemudian bagian kebidanan 40 orang positif, kondisi ini sangat memperihatinkan di tengah
makin meningkatnya kasus positif di kota Makassar.
Penambahan kasus positif
makin meningkat, apa yang terjadi, apakah karena tes yang makin massif ?
ataukah rendahnya kesadaran dan
kedisiplinan warga kota Makassar menjadi penyumbang kenaikan kasus positif ?
kesadaran warga, gencarnya
sosialisasi dan edukasi dan pendekatan pemerintahan lewat putusan-putusan yang
mungkin dapat menjadi bagian yang sangat penting untuk menahan laju warga yang
terinveksi, jika ini gagal, tenaga kesehatan semakin berkurang oleh karena juga harus isolasi akibat terpapar virus maka
bisa jadi banyak orang yang tidak akan terlayani di dalam perawatan dan korban
meninggal bisa meningkat.
Virus covid-19 transmisinya
antar manusia, semakin kecil pergerakan manusia, semakin kecil keramaian yang
terjadi maka transmisi virus covid-19 juga makin menurun, dapatkah kita menahan
diri dengan tidak keluar rumah jika tidak sangat penting dan ketika urusan di
luar sudah selesai segera kembali kerumah, jika itu di lakukan maka satu bagian
penting adalah kita dapat melakukan upaya mandiri untuk tidak tertular dan
menulari.
Makassar menjadi epicentrum
baru penyebaran di luar jawa, peningkatan sangat besar, sehingga memerlukan
penanganan yang serius, terintegrasi serta koordinasi yang baik antar
pemerintah, masyarakat dan para penggiat sosial sehingga kolaborasi itu
melahirkan suatu gerakan bersama
menghadapi covid-19 ini yang kitapun tidak tahu sampai kapan berakhirnya,
vaksin sedang di teliti tapi
pasti memerlukan waktu yang panjang sehingga sosialisasi dan eduaksi yang
massif adalah jalan terbaik.
Pilihan strategi adalah
sosialisasi dan edukasi massif
Mengapa pilihan ini menjadi
hal yang harus di lakukan, PERTAMA, virus ini bertransmisi antar manusia,
droplet menjadi penyumbang utama terjadi proses transmisi, jika seorang
mengeluarkan droplet dan telah bergejala, maka yang bersangkutan selama 5 hari
telah dapat menularkan kepada orang lain, ini tanpa gejala, kita hanya berasa
bahwa ini flu biasa namun virus telah ada dalam tubuh. Solusinya, GUNAKAN
MASKER sejak keluar dari rumah dan ketika sedang berbicara, masker jangan di
turunkan kecuali jika sedang diam, seorang yang berbicara apalagi keras
berpotensi mengeluarkan
droplet dari dalam mulutnya dan jika virus sudah bersarang dalam tubuhnya maka
dapat menginveksi orang yang berada 1 meter dari dirinya, SOLUSI GUNAKAN
MASKER. Jika semua orang menggunakan masker ketika di luar rumah maka potensi
menulari dan tertular hanya 1,5 %. KEDUA, menjaga jarak antar orang, sosialiasi
dan edukasi jaga jarak agar orang tidak mudah tertular, karena virus berada
dalam jumlah yang banyak jika dalm satu keramaian ada banyak orang tanpa gejala
dan hadir di kerumunan, HINDARI KERUMUNAN,
agar kita tidak tertular.
KETIGA seringlah mencuci
tangan dan gunakan handzanitiser, fungsinya adalah tangan yang bersih dan
ketika menyentuh wajah maka kita terhindar dari tertulari virus, dengan mencuci
tangan maka virus tidak mudah berpindah dan masuk kedalam tubuh kita.
Segmentasi dalam sosialisasi
dan edukasi penting
1. Pasar Tradisional
Sosialiasai dan edukasi
massif membutuhkan strategi agar hasilnya dapat di ukur, segmentasi penting
agar kita dapat mencegah virus berdasarkan tingkat penularan yang terbanyak dan
energy dapat di maksimalkan. PERTAMA,
pasar tradisonal, lokasi pasar tradisonal adalah lokasi interaksi setiap hari
antara penjual dan pembeli karena kebutuhan sehari-hari, tingkat penularan
makin tinggai seiring dengan di bukanya pasar tradisional yang cenderung
mengabaikan protokol kesehatan, penjual dan pembeli tanpa sadar bahwa interaksi
mereka sangat mudah saling menularkan,
KEDUA, mengatur penjual
dengan jarak yang tidak rapat dan dapat di lakukan sistim shift agar tidak
terjadi penumpukan penjual dan pembeli setiap hari,
KETIGA, penjual dapat
menggunakan sarung tangan dari plastik sehingga interaksi mereka
terlindungi. KEEMPAT, masuk dan keluar
pembeli diatur, masuknya dan keluarnya dapat di lalukan dengan baik sehingga
arus pembeli dapat di control oleh petugas dengan cermat, KELIMA jika kebutuhan
sudah terpenuhi maka petugas dapat mengarahkan pembeli untuk segera meninggal
pasar sehingga penumpukan dapat di hindari
2. Lokasi yang padat warga
Kepadatan penduduk dalam
satu lokasi ( RT, kelurahan, kecamatan )
juga menjadi tempat virus dapat cepat bertransmisi oleh karena protocol
kesehatan di lingkungan seperti ini sangat sulit di elakkan, antar bangunan
saling berdempetan sehingga arus keluar masuk warga tetap saling berinteraksi
sehingga mesti di lakukan edukasi yang massif, dan tingkat kepatuhan warga
cenderung rendah, jika 1 atau 2 warga terinveksi akan sulit jika semua tidak di
lakukan tracing dan isolasi. siapa komunikatornya, adalah RT setempat, tokoh
masyarakat dan kelompok pemuda yang dapat di bentuk sebagai relawan di lokasi
tersebut sebagai gugus tugas sosialisasi dan edukasi sehingga memudahkan petugas gugus mengontrol
dengan baik.
Mesjid yang berada dalam
lingkungan secara terus menerus melakukan sosialisasi dengan Toa mesjid yang
dapat di jangkau dengan radius yang jauh dalan satu lokasi, shalat 5 x sehari
semalam yang dilakukan di mesjid sehingga dalam sehari semalam sosialisasi dan
dan edukasi juga di lakukan lewat mesjid.
3. Komplek perumahan yang padat
Kompleks perumahan yang
padat juga harus menjadi tempat sosialisasi yang massif, oleh karena komplek
padat biasanya arus warga dalam berinteraksi cenderung banyak dan interaksi
warga dapat menajdi kerumunan antar warga.
Sosialisasi, edukasi massif
dan lakukan rapid tes
Jika sosialisasi dan edukasi
massif di lakukan, warga bisa sadar akan pentingnya melakukan protokol
kesehatan yang baik, maka tingkat penularan makin dapat di tekan, kita dapat
mengukur keberhasilan sosialisasi dan edukasi tersebut dengan tingkat
penularannya, jika kita melakukan sosialisasi massif, semua orang bergerak
bersama
mengedukasi warga dalam
seminggu ( 7 hari ) misalnya, di
lakukan baru kemudian di lakukan rapid tes di semua lokasi sosialisasi dan
edukasi itu maka dapat di ketahui keberhasilan pencegahan tersebut.
Jika hanya tes di lakukan
dalam sebuah komunitas ( pasar tradisional, lokasi padat warga dan perumahan
padat ) secara umum pasti kasus akan di
temukan dan semakin rapid tes di lakukan semakin banyak kasus, jika mengunakan
ukuran untuk menekan kasus dengan rapid tes dan berbiaya mahal.
Jika kasus makin meningkat
rumah sakit tidak akan sanggup melakukan upaya penyembuhan karena tenaga
kesehatan yang terbatas dan ruang perawatanpun terbatas, tenaga kesehatan
tumbang karena terpapar virus oleh meningkatnya orang yang terinveksi, jika
pencegahan tidak menjadi upaya pertama dan paling memungkinkan di lakukan maka
ledakan terinveksi akan semakin banyak dan tidak dapat lagi di lakukan pengobatan,
SEGERA LAKUKAN PENCEGAHAN DENGAN SOSIALISASI dan EDUKASI YANG MASSIF. (the end
)
Penulis: Alumni Unhas / pemerhati sosial
0 Please Share a Your Opinion.:
Diharap Memberi Komentar Yang Sopan & Santun
Terimakasih Atas Partisipasi Mengunjungi Web Kami