Tuesday, June 23, 2020

Pencegahan yang Massif, Baru Kemudian Rapid Tes, Catatan Untuk Makassar


 
Oleh : Yansi Tenu   

Berita hari ini seorang yang pernah terinfeksi virus dan sembuh juga adalah survivor corona yang juga mentan rektor unhas Prof Idrus Paturusi seorang ahli bedah dan di juluki “ Dokter di medan Lara “  saat bertemu Pj walikota Makassar Prof Yusran Yusuf menyampaikan sesuatu yang bisa jadi kita tersentak, “ kondisi ruang instalasi gawat darurat (IGD) Rumah sakit unhas kritis,

banyak nakes yang terpapar virus covid-19 dan harus isolasi, hanya tersisa 2 orang dokter yang negative  kata prof idrus, residen bagian anak 14 orang positif kemudian bagian kebidanan 40 orang positif,  kondisi ini sangat memperihatinkan di tengah makin meningkatnya kasus positif di kota Makassar.

Penambahan kasus positif makin meningkat, apa yang terjadi, apakah karena tes yang makin massif ? ataukah  rendahnya kesadaran dan kedisiplinan warga kota Makassar menjadi penyumbang kenaikan kasus positif  ?

kesadaran warga, gencarnya sosialisasi dan edukasi dan pendekatan pemerintahan lewat putusan-putusan yang mungkin dapat menjadi bagian yang sangat penting untuk menahan laju warga yang terinveksi, jika ini gagal, tenaga kesehatan semakin berkurang oleh karena  juga harus isolasi akibat terpapar virus maka bisa jadi banyak orang yang tidak akan terlayani di dalam perawatan dan korban meninggal bisa meningkat.

Virus covid-19 transmisinya antar manusia, semakin kecil pergerakan manusia, semakin kecil keramaian yang terjadi maka transmisi virus covid-19 juga makin menurun, dapatkah kita menahan diri dengan tidak keluar rumah jika tidak sangat penting dan ketika urusan di luar sudah selesai segera kembali kerumah, jika itu di lakukan maka satu bagian penting adalah kita dapat melakukan upaya mandiri untuk tidak tertular dan menulari.

Makassar menjadi epicentrum baru penyebaran di luar jawa, peningkatan sangat besar, sehingga memerlukan penanganan yang serius, terintegrasi serta koordinasi yang baik antar pemerintah, masyarakat dan para penggiat sosial sehingga kolaborasi itu melahirkan  suatu gerakan bersama menghadapi covid-19 ini yang kitapun tidak tahu sampai kapan berakhirnya,
vaksin sedang di teliti tapi pasti memerlukan waktu yang panjang sehingga sosialisasi dan eduaksi yang massif adalah jalan terbaik.
Pilihan strategi adalah sosialisasi dan edukasi massif

Mengapa pilihan ini menjadi hal yang harus di lakukan, PERTAMA, virus ini bertransmisi antar manusia, droplet menjadi penyumbang utama terjadi proses transmisi, jika seorang mengeluarkan droplet dan telah bergejala, maka yang bersangkutan selama 5 hari telah dapat menularkan kepada orang lain, ini tanpa gejala, kita hanya berasa bahwa ini flu biasa namun virus telah ada dalam tubuh. Solusinya, GUNAKAN MASKER sejak keluar dari rumah dan ketika sedang berbicara, masker jangan di turunkan kecuali jika sedang diam, seorang yang berbicara apalagi keras

berpotensi mengeluarkan droplet dari dalam mulutnya dan jika virus sudah bersarang dalam tubuhnya maka dapat menginveksi orang yang berada 1 meter dari dirinya, SOLUSI GUNAKAN MASKER. Jika semua orang menggunakan masker ketika di luar rumah maka potensi menulari dan tertular hanya 1,5 %. KEDUA, menjaga jarak antar orang, sosialiasi dan edukasi jaga jarak agar orang tidak mudah tertular, karena virus berada dalam jumlah yang banyak jika dalm satu keramaian ada banyak orang tanpa gejala dan hadir di kerumunan, HINDARI KERUMUNAN,
agar kita tidak tertular.

KETIGA seringlah mencuci tangan dan gunakan handzanitiser, fungsinya adalah tangan yang bersih dan ketika menyentuh wajah maka kita terhindar dari tertulari virus, dengan mencuci tangan maka virus tidak mudah berpindah dan masuk kedalam tubuh kita.

Segmentasi dalam sosialisasi dan edukasi penting

1. Pasar Tradisional

Sosialiasai dan edukasi massif membutuhkan strategi agar hasilnya dapat di ukur, segmentasi penting agar kita dapat mencegah virus berdasarkan tingkat penularan yang terbanyak dan energy  dapat di maksimalkan. PERTAMA, pasar tradisonal, lokasi pasar tradisonal adalah lokasi interaksi setiap hari antara penjual dan pembeli karena kebutuhan sehari-hari, tingkat penularan makin tinggai seiring dengan di bukanya pasar tradisional yang cenderung mengabaikan protokol kesehatan, penjual dan pembeli tanpa sadar bahwa interaksi mereka sangat mudah saling menularkan,

KEDUA, mengatur penjual dengan jarak yang tidak rapat dan dapat di lakukan sistim shift agar tidak terjadi penumpukan penjual dan pembeli setiap hari,

KETIGA, penjual dapat menggunakan sarung tangan dari plastik sehingga interaksi mereka terlindungi.  KEEMPAT, masuk dan keluar pembeli diatur, masuknya dan keluarnya dapat di lalukan dengan baik sehingga arus pembeli dapat di control oleh petugas dengan cermat, KELIMA jika kebutuhan sudah terpenuhi maka petugas dapat mengarahkan pembeli untuk segera meninggal pasar sehingga penumpukan dapat di hindari

2.  Lokasi yang padat warga

Kepadatan penduduk dalam satu lokasi ( RT, kelurahan, kecamatan )  juga menjadi tempat virus dapat cepat bertransmisi oleh karena protocol kesehatan di lingkungan seperti ini sangat sulit di elakkan, antar bangunan saling berdempetan sehingga arus keluar masuk warga tetap saling berinteraksi sehingga mesti di lakukan edukasi yang massif, dan tingkat kepatuhan warga cenderung rendah, jika 1 atau 2 warga terinveksi akan sulit jika semua tidak di lakukan tracing dan isolasi. siapa komunikatornya, adalah RT setempat, tokoh masyarakat dan kelompok pemuda yang dapat di bentuk sebagai relawan di lokasi tersebut sebagai gugus tugas sosialisasi dan edukasi  sehingga memudahkan petugas gugus mengontrol dengan baik.

Mesjid yang berada dalam lingkungan secara terus menerus melakukan sosialisasi dengan Toa mesjid yang dapat di jangkau dengan radius yang jauh dalan satu lokasi, shalat 5 x sehari semalam yang dilakukan di mesjid sehingga dalam sehari semalam sosialisasi dan dan edukasi juga di lakukan lewat mesjid.

3. Komplek perumahan yang padat

Kompleks perumahan yang padat juga harus menjadi tempat sosialisasi yang massif, oleh karena komplek padat biasanya arus warga dalam berinteraksi cenderung banyak dan interaksi warga dapat menajdi kerumunan antar warga.
Sosialisasi, edukasi massif dan lakukan rapid tes

Jika sosialisasi dan edukasi massif di lakukan, warga bisa sadar akan pentingnya melakukan protokol kesehatan yang baik, maka tingkat penularan makin dapat di tekan, kita dapat mengukur keberhasilan sosialisasi dan edukasi tersebut dengan tingkat penularannya, jika kita melakukan sosialisasi massif, semua orang bergerak bersama

mengedukasi warga dalam seminggu ( 7 hari ) misalnya,   di lakukan baru kemudian di lakukan rapid tes di semua lokasi sosialisasi dan edukasi itu maka dapat di ketahui keberhasilan pencegahan tersebut.
Jika hanya tes di lakukan dalam sebuah komunitas ( pasar tradisional, lokasi padat warga dan perumahan padat )   secara umum pasti kasus akan di temukan dan semakin rapid tes di lakukan semakin banyak kasus, jika mengunakan ukuran untuk menekan kasus dengan rapid tes dan berbiaya mahal.

Jika kasus makin meningkat rumah sakit tidak akan sanggup melakukan upaya penyembuhan karena tenaga kesehatan yang terbatas dan ruang perawatanpun terbatas, tenaga kesehatan tumbang karena terpapar virus oleh meningkatnya orang yang terinveksi, jika pencegahan tidak menjadi upaya pertama dan paling memungkinkan di lakukan maka ledakan terinveksi akan semakin banyak dan tidak dapat lagi di lakukan pengobatan, SEGERA LAKUKAN PENCEGAHAN DENGAN SOSIALISASI dan EDUKASI YANG MASSIF. (the end )

Penulis:  Alumni Unhas / pemerhati sosial


SHARE THIS

Author:

MARI MEMBANGUN KEBERSAMAAN, BERSAMA KITA BERJUANG

0 Please Share a Your Opinion.:

Diharap Memberi Komentar Yang Sopan & Santun
Terimakasih Atas Partisipasi Mengunjungi Web Kami

Hukum

Kesehatan

»

Serba Serbi