HR.Id - Video viral yang menghebokan yang terjadi di Manado Sulawesi utara dimana Pihak keluarga pasien corona merebut jenazah karena dianggap bukan pasien corona dan terlebih lagi pihak Rumah Sakit diberitakan telah menyogog pihak keluarga pasien agar mengakui sebagai pasien corona yang terjadi pada Senin malam (1/6/20).
\Terkait tudingan
tersebut, salah seorang anggota DPRD Madado telah mengklarifikasi jika
pemberian uang tersebut bukan untuk sosgo tapi adah biaya pengurusan jenazah
serta APD dan juga biaya biaya untuk pak. imam.
Dalam status di akun
Facebook yang diposting pukul 22.29 Wita tadi malam, anak pasien tersebut
menjelaskan apa yang menjadi keberatan pihak keluarga.
“Sedikit mau
diperjelaskan supaya tidak timbul fitnah atau cerita-cerita lain, kalau
almarhum sakit ginjal bukan Covid-19 dan dari pihak RS Pancaran Kasih mengizinkan
jika almarhum dimakamkan di penguburan Ketang Baru (Kombos). Yang jadi
permasalahan, keluarga tidak terima ketika jenazah mau dipetikan (taruh dalam
peti) karena kami orang Muslim seharusnya taruh si keranda. Karena pasien
negatif bukan positif,” tulis akun FB dengan nama Khairullah Lasarika itu.
Sementara itu direktur
Utama (Dirut) RS Pancaran Kasih dr Frangky Kambey, yang semalam tak memberikan
klarifikasinya koni angkat bicara atas tudingan keluarga salah satu pasien yang
mengatakan pihak RS menyogok agar jenazah pasien tersebut dimakankan sesuai
protap Covid-19.
Diberitakan oleh media
Manado post, Direktur RS, Kambey mengutarakan jika isu menawarkan uang sogok
kepada keluarga pasien, tidak benar.
“Saya atas nama
direksi dan seluruh karyawan RS GMIM Pancaran Kasih, turut berbelasungkawa atas
kepergian almarhum yang meninggal di rumah sakit kami siang kemarin,” ucapnya
Dikatakan oleh dr.
Franky bahwa setiap pasien yang masuk RS, baik ODP, PDP, dan positif Covid-19,
langsung dinotifikasi ke Gugus Tugas Kota Manado dan Pemprov Sulut. Apabila
pasien meninggal, juga diberi tahu ke Gugus Tugas. Ada protokol yang dilakukan
jika pasien meninggal. Yakni protokol jenazah, karena situasi wabah.
“Di RS kami, yang
meninggal ada pasien yang beragama Kristen Protestan, Katolik, Muslim, Budha,
dan Hindu. Masing-masing ada penanganan sesuai agamanya. Kebetulan pasien ini
beragama Muslim. Jadi kami menggunakan fatwa MUI nomor 18 tahun 2020 tentang
pedoman pengurusan jenazah muslim yang terinfeksi Covid-19,” jelasnya.
Di pasal 7 katanya,
disebutkan jenazah bisa dimandikan, dikafani, dan disalatkan oleh pemuka agama
yang beragama muslim. “Di kami ada kebijakan, karena ini bukan yang pertama,
biasanya kami memberikan insentif kepada yang memandikan, mengkafani, dan
mensalatkan jenazah. Mengingat mereka menanggung resiko yang besar, dalam hal
ini tertular, maka harus menggunakan APD level 3. Biasanya kami berikan
insentif sebesar Rp 500 ribu per orang,” ungkapnya.
Lanjut Kambey, kebetulan yang terjadi adalah yang memandikan,
mengkafankan dan mensalatkan hanya satu orang, biasanya tiga. Sehingga petugas
RS melaporkan, ada dua insentif yang tertinggal. Sehingga dia menginstruksikan,
berikan saja ke siapa saja yang disitu. Kebetulan yang ada di situ keluarga.
“Menurut
petugas, keluarga tidak menerima. Jadi sebenarnya ada kesalahpahaman. Kalaupun
kami salah, kami minta maaf. Tapi dari lubuk hati yang terdalam, kami hanya
menjalankan kebijakan. Misalnya pun kalau diterima, anggaplah itu sebagai
ungkapan belasungkawa kami, bukan seperti yang diisukan bahwa kami menyogok
untuk mengatakan pasien ini positif Covid-19,” urainya, sembari mengatakan,
pasien tersebut terdiagnosa sebagai PDP. Karena itu, protokol yang digunakan
adalah penanganan jenazah Covid-19.
Kambey
juga mengklarifikasi, pihaknya tidak pernah membolehkan jenazah pasien dibawa
pulang. “Kalau kami membolehkan, kami bisa diproses karena melanggar protokol.
Semua pasien yang meninggal, baik statusnya ODP, PDP, dan positif, harus
dinotifikasi ke Gugus Tugas Manado. Jadi kami sudah melakukan tugas dan
kewajiban kami, yakni menangani dan melaksanakan apa yang menjadi protokol.
Prinsip kami adalah menjalankan tugas, dan menunaikan misi kemanusiaan tenaga
kesehatan. Kalaupun ada kesalahan, mungkin miskomunikasi antara dua belah
pihak, kami mohon maaf,” Imbuhnya
Red: MD
0 Please Share a Your Opinion.:
Diharap Memberi Komentar Yang Sopan & Santun
Terimakasih Atas Partisipasi Mengunjungi Web Kami