Oleh: Yansi Tenu
Departemen kesehatan menerbitkan panduan penerapan
protocol kesehatan khusus di tempat kerja, panduan itu tertuang dalam keputusan
menteri kesehatan no. HK .01.07/Menkes/328/2020 dalam rangka keberlangsungan
usaha dalam situasi pandemik.
Putusan ini dalam rangka memberikan panduan dalam
berinteraksi antar sesama karyawan, bagaimana menjaga jarak di kantor,
pengurangan jam kerja, pembagian shift, penyediaan sarana kebersihan, tempat
cuci tangan yang resprentatif hingga menyangkut bagaimana pengaturan makan dan
penyediaan makanan bergizi bagi karyawan.
Bagaimana manajemen usaha memantau perkembangan karyawan,
disiplin pelaporan setiap ada kasus terinfeski dan lain sebagainya yang
memungkinkan usaha tetap berjalan namun protocol kesehatan juga di jalankan dengan
ketat dan terukur dan sebagai penanggung jawab adalah pihak menajemen.
Interaksi antar pengunjung, tamu kantor dan aturan dengan
mengukur suhu badan pekerja dan tamu sehingga pekerja dalam kondisi sehat dalam
bekerja dengan kondisi hygienis dan melakukan pembersihan lingkungan kantor
secara berkala, pengaturan suhu udara agar matahari dapat masuk sehingga
sirkulasi udara menjadi baik dan olah raga sert berjemur bagi karyawan juga di
atur secara ketat.
Sosialisasi dan edukasi setiap saat dengan menggunakan
banner dan pengumuman di setiap tempat usaha, tata cara pencegahan dan mengenai
gejala awal agar seluruh karyawan mematuhi aturan in isehingga resiko tertular
menjadi kecil.
Kementerian perekonomian juga telah menetapkan kajian
lengkap dengan beberapa fase pelonggaran, 1 juni 2020 membuka kembali
operasional industry dan jasa lainnya, fase kedua 8 juni 2020 toko, pasar dan
mall di bolehkan beroperasi kembali, fase ketiga 15 juni 2020 tempat-tempat
kebudayan dan sekolah mulai di buka kembali, dengan tetap melakukan pembatasan
sosial, 6 juli 2020, focus evalusi terkait pembukaan terkait restoran dan rumah
ibadah, fase kelima 20 juli 2020 dan 27 juli 2020, adalah evalusi akhir dari
fase keempat dan di harapkan akhir juli atau awal agustus 2020 seluruh kegiatan
ekonomi dapat berjalan normal.
Masalah yang sekarang muncul menurut data kurva epidemic
milik pemerintah salah kata ahli epidemologi Eijkman, “ kurva epidemologi milik
pemerintah salah, seharusnya kurva epidemologi itu menggambarkan trend kasus baru
berdasarkan tanggal pertama kali munculnya gejala, bukan tanggal pelaporan ,
kata henry “ birokrasi yang berbelit-belit dari rumah sakit dan laboratorium di
sinyalir membuat data terlambat keluar, berdasarkan prinsip epidemologi,
indicator keberhasilan penanggulangan pandemic adalah menurunnya jumlah kasus
baru secara konsiten, sementara Indonesia belum ada perlambatan dan penurunan
kasus corona, benahi dulu data baru kemudian menentukan arah kebijakan bagi
rakyat.
Perbedaan antar ahli pun terkait konsep new normal dengan
pemerintah berbeda, konsep new normal jika kurva pandemic dan kasus mulai
terjadi penurunan sehingga terjadi titik keseimbangan dan membentuk garis
sejajar, barulah dapat di katakana terjadi penurunan kasus inveksi sehingga
dapatlah di kategori ada perubahan.
Pilihan pemerintah untuk menerapkan new normal mesti di
kaji lebih dalam, melibatkan semua ahli utamanya ahli yang berhubungan dengan
kesehatan, epidemologi, dokter, ahli ekonomi, sosial sehingga kajian yang di
lakukan benar-benar dapat di pertanggung jawabkan,
berkaca pada kasus sebelumnya dengan tingkat penurunan
yang belum ada utamanya di Jakarta dan kota-kota besar lainnya, maka cenderung
terjadi peningkatan kasus maka penerapan new normal menjadi ukuran keberhasilan
pemerintah, dimana syarat new normal belum terpenuhi namun pemerintah juga
berat dengan resiko sosial dan ekonomi yang akan mengikutinya,
apakah penerapan new normal dapat membangkitkan ekonomi,
hal itu bergantung pada kesiapan pemerintah mengantisipasi dampak yang akan timbul dan
disiplinnya masyarakat mengikuti aturan yang ada.
Pemerintah telah menentukan 4 propinsi yaitu, Jakarta,
jawa Barat, Sumatera Barat dan Gorontalo serta 25 kab/kota, jika melihat trend
perkembangan kasus terinfeksi maka daerah yang di tentukaan belum terjadi
penurunan kasus, malah makin naik di 4 propinsi yang menjadi percontohan new
normal. nah ukuran menentukan daerah juga terjadi perdebatan, apa ukurannya dan
dasarnya, pendekatan ekonomikah atau kesehatan.
Presiden melakukan langkah awal dengan awal dengan
mengunjungi mal di kota Bekasi sebagai bentuk pesan bahwa kita mulai ingin
menerapkan new normal dalam berinteraksi serta menggerakkan perekonomian, namun
jika pilihan itu adalah mall, sejatinya adalah, mall itu bersih, penempatan
antar tenan cenderung rapi, berada dalam gedung yang bisa di katakan hygienis
dan interksi orang di dalam mall cenderung tertib jika di lakukan penertiban
dengan masuk chek suhu tubuh dan interkasi di kurangi. Maka pilihan pemerintah
dengan mal kurang tepat.
Mengapa pemerintah tidak memulainya di pasar
tradisional ?
yang hampir sebagian besar
penduduk indonesia sampai ke pelosok interaksi yang
kerumunan besar ada di pasar tradisonal. Pemerintah menggencarkan sosialisasi
terkait penerapan new normal namun ukuran menerapkan new normal belum
terpenuhi,
harusnya jika ingin mempercepat proses penerapan new
normal itu sesuai dengan narasi pemerintah maka hal yang mesti di lakukan
adalah melakukan tes secara cepat dan massif pada sektor yang menjadi penggerak
perekonomian lebih dahulu, sektor yang kurang disiplin adalah pasar
tradisional, sektor ini adalah penggerak ekonomi sektor real yang hampir semua
daerah mempunyai pasar tradisional kenapa pasar tradisional harus menjadi
proses awal dari penerapan new normal dari segi ekonomi,
pertama, pasar tradisional adalah interaksinya cenderung
tidak teratur, kedua, pemahaman tetang virus dan penyebaran cenderung lemah,
ketiga ada proses sosialisasi yang tidak massif dan keempat aturan dan tata
letak antar barang dagangan tidak teratur. Kelima, pasar tradisional sangat
mengabaikan jaga jarak dan tidak hygienis dan kluster penyebaran yang makin
banyak dari pasar tradisional.
Kerumunan terjadi di pasar tradisional, jaga jarak
terabaikan, interaksi bebas, protocol kesehatan di abaikan, tidak tersedia alat
cuci tangan, gedung yang pengab jika pasar mempunyai gedung sehingga potensi
tertular dan menulari dari interaksi penjual dan pembeli tinggi. Setiap orang
yang datang ke pasar selalu mengatakan dirinya sehat,
ketika seseorang berada di pasar terjadi kerumunan maka
pada saat itulah potensi tertularnya terjadi, ketika penularan terjadi
mentrakingnya pasti sulit karena interaksi tidak teratur. Pasar tradisional di
Bogor, Surabaya, Sidoarjo, Makassar dan pasar tradisional lainnya menjadi
kluster baru penyebaran corona.
Penerapan new normal dengan menentukan 4 propinsi
percontohan dan 25 kab/kota mesti dengan persiapan yang matang, tes yang massif
di pasar tradisional sebagai penggerak ekonomi sektor real, interaksi di
batasi, pendisiplinan para pedagang di pasar tradisioanl adalah mutlak, kapasitas rumah sakit yang memadai jika
terjadi ledakan kasus terinveksi,
pendisiplinan dengan ketat oleh aparat keamanan dengan
tegas, sosialiasai dengan bergerak di pasar tardisional dan masyarakat umum,
karantina yang baik bagi yang terinveksi sehingga protocol kesehatan terukur
dan dapat di lakukan dengan baik. Sukses new normal adalah disiplin yang ketat
dan aturan yang tida berubah-ubah menjadi akat ukur keberhasilan new norml,
jika tidak berhasil herd immunity akan terjadi dan ini berbahaya. Berkaca pada
pengalaman negara lain yang mengalami lonjakan kasus setelah pelonggaran lock
down. ( the end )
penulis adalah: Alumni UNHAS dan pemerhati masalah sosial
0 Please Share a Your Opinion.:
Diharap Memberi Komentar Yang Sopan & Santun
Terimakasih Atas Partisipasi Mengunjungi Web Kami