Friday, May 29, 2020

New Normal, Ekonomi Belum Bergerak, Resiko Penularan Bertambah


Oleh: Yansi Tenu

Departemen kesehatan menerbitkan panduan penerapan protocol kesehatan khusus di tempat kerja, panduan itu tertuang dalam keputusan menteri kesehatan no. HK .01.07/Menkes/328/2020 dalam rangka keberlangsungan usaha dalam situasi pandemik.

Putusan ini dalam rangka memberikan panduan dalam berinteraksi antar sesama karyawan, bagaimana menjaga jarak di kantor, pengurangan jam kerja, pembagian shift, penyediaan sarana kebersihan, tempat cuci tangan yang resprentatif hingga menyangkut bagaimana pengaturan makan dan penyediaan makanan bergizi bagi karyawan.

Bagaimana manajemen usaha memantau perkembangan karyawan, disiplin pelaporan setiap ada kasus terinfeski dan lain sebagainya yang memungkinkan usaha tetap berjalan namun protocol kesehatan juga di jalankan dengan ketat dan terukur dan sebagai penanggung jawab adalah pihak menajemen.

Interaksi antar pengunjung, tamu kantor dan aturan dengan mengukur suhu badan pekerja dan tamu sehingga pekerja dalam kondisi sehat dalam bekerja dengan kondisi hygienis dan melakukan pembersihan lingkungan kantor secara berkala, pengaturan suhu udara agar matahari dapat masuk sehingga sirkulasi udara menjadi baik dan olah raga sert berjemur bagi karyawan juga di atur secara ketat.

Sosialisasi dan edukasi setiap saat dengan menggunakan banner dan pengumuman di setiap tempat usaha, tata cara pencegahan dan mengenai gejala awal agar seluruh karyawan mematuhi aturan in isehingga resiko tertular menjadi kecil.

Kementerian perekonomian juga telah menetapkan kajian lengkap dengan beberapa fase pelonggaran, 1 juni 2020 membuka kembali operasional industry dan jasa lainnya, fase kedua 8 juni 2020 toko, pasar dan mall di bolehkan beroperasi kembali, fase ketiga 15 juni 2020 tempat-tempat kebudayan dan sekolah mulai di buka kembali, dengan tetap melakukan pembatasan sosial, 6 juli 2020, focus evalusi terkait pembukaan terkait restoran dan rumah ibadah, fase kelima 20 juli 2020 dan 27 juli 2020, adalah evalusi akhir dari fase keempat dan di harapkan akhir juli atau awal agustus 2020 seluruh kegiatan ekonomi dapat berjalan  normal.

Masalah yang sekarang muncul menurut data kurva epidemic milik pemerintah salah kata ahli epidemologi Eijkman, “ kurva epidemologi milik pemerintah salah, seharusnya kurva epidemologi itu menggambarkan trend kasus baru berdasarkan tanggal pertama kali munculnya gejala, bukan tanggal pelaporan , kata henry “ birokrasi yang berbelit-belit dari rumah sakit dan laboratorium di sinyalir membuat data terlambat keluar, berdasarkan prinsip epidemologi, indicator keberhasilan penanggulangan pandemic adalah menurunnya jumlah kasus baru secara konsiten, sementara Indonesia belum ada perlambatan dan penurunan kasus corona, benahi dulu data baru kemudian menentukan arah kebijakan bagi rakyat.

Perbedaan antar ahli pun terkait konsep new normal dengan pemerintah berbeda, konsep new normal jika kurva pandemic dan kasus mulai terjadi penurunan sehingga terjadi titik keseimbangan dan membentuk garis sejajar, barulah dapat di katakana terjadi penurunan kasus inveksi sehingga dapatlah di kategori ada perubahan. 

Pilihan pemerintah untuk menerapkan new normal mesti di kaji lebih dalam, melibatkan semua ahli utamanya ahli yang berhubungan dengan kesehatan, epidemologi, dokter, ahli ekonomi, sosial sehingga kajian yang di lakukan benar-benar dapat di pertanggung jawabkan,

berkaca pada kasus sebelumnya dengan tingkat penurunan yang belum ada utamanya di Jakarta dan kota-kota besar lainnya, maka cenderung terjadi peningkatan kasus maka penerapan new normal menjadi ukuran keberhasilan pemerintah, dimana syarat new normal belum terpenuhi namun pemerintah juga berat dengan resiko sosial dan ekonomi yang akan mengikutinya,

apakah penerapan new normal dapat membangkitkan ekonomi, hal itu bergantung pada kesiapan pemerintah mengantisipasi dampak yang akan timbul dan disiplinnya masyarakat mengikuti aturan yang ada.

Pemerintah telah menentukan 4 propinsi yaitu, Jakarta, jawa Barat, Sumatera Barat dan Gorontalo serta 25 kab/kota, jika melihat trend perkembangan kasus terinfeksi maka daerah yang di tentukaan belum terjadi penurunan kasus, malah makin naik di 4 propinsi yang menjadi percontohan new normal. nah ukuran menentukan daerah juga terjadi perdebatan, apa ukurannya dan dasarnya, pendekatan ekonomikah atau kesehatan.

Presiden melakukan langkah awal dengan awal dengan mengunjungi mal di kota Bekasi sebagai bentuk pesan bahwa kita mulai ingin menerapkan new normal dalam berinteraksi serta menggerakkan perekonomian, namun jika pilihan itu adalah mall, sejatinya adalah, mall itu bersih, penempatan antar tenan cenderung rapi, berada dalam gedung yang bisa di katakan hygienis dan interksi orang di dalam mall cenderung tertib jika di lakukan penertiban dengan masuk chek suhu tubuh dan interkasi di kurangi. Maka pilihan pemerintah dengan mal kurang tepat.

Mengapa pemerintah tidak memulainya di pasar tradisional  ?
yang hampir sebagian besar
penduduk indonesia sampai ke pelosok interaksi yang kerumunan besar ada di pasar tradisonal. Pemerintah menggencarkan sosialisasi terkait penerapan new normal namun ukuran menerapkan new normal belum terpenuhi,

harusnya jika ingin mempercepat proses penerapan new normal itu sesuai dengan narasi pemerintah maka hal yang mesti di lakukan adalah melakukan tes secara cepat dan massif pada sektor yang menjadi penggerak perekonomian lebih dahulu, sektor yang kurang disiplin adalah pasar tradisional, sektor ini adalah penggerak ekonomi sektor real yang hampir semua daerah mempunyai pasar tradisional kenapa pasar tradisional harus menjadi proses awal dari penerapan new normal dari segi ekonomi,

pertama, pasar tradisional adalah interaksinya cenderung tidak teratur, kedua, pemahaman tetang virus dan penyebaran cenderung lemah, ketiga ada proses sosialisasi yang tidak massif dan keempat aturan dan tata letak antar barang dagangan tidak teratur. Kelima, pasar tradisional sangat mengabaikan jaga jarak dan tidak hygienis dan kluster penyebaran yang makin banyak dari pasar tradisional.

Kerumunan terjadi di pasar tradisional, jaga jarak terabaikan, interaksi bebas, protocol kesehatan di abaikan, tidak tersedia alat cuci tangan, gedung yang pengab jika pasar mempunyai gedung sehingga potensi tertular dan menulari dari interaksi penjual dan pembeli tinggi. Setiap orang yang datang ke pasar selalu mengatakan dirinya sehat,

ketika seseorang berada di pasar terjadi kerumunan maka pada saat itulah potensi tertularnya terjadi, ketika penularan terjadi mentrakingnya pasti sulit karena interaksi tidak teratur. Pasar tradisional di Bogor, Surabaya, Sidoarjo, Makassar dan pasar tradisional lainnya menjadi kluster baru penyebaran corona.

Penerapan new normal dengan menentukan 4 propinsi percontohan dan 25 kab/kota mesti dengan persiapan yang matang, tes yang massif di pasar tradisional sebagai penggerak ekonomi sektor real, interaksi di batasi, pendisiplinan para pedagang di pasar tradisioanl adalah mutlak,  kapasitas rumah sakit yang memadai jika terjadi ledakan kasus terinveksi,

pendisiplinan dengan ketat oleh aparat keamanan dengan tegas, sosialiasai dengan bergerak di pasar tardisional dan masyarakat umum, karantina yang baik bagi yang terinveksi sehingga protocol kesehatan terukur dan dapat di lakukan dengan baik. Sukses new normal adalah disiplin yang ketat dan aturan yang tida berubah-ubah menjadi akat ukur keberhasilan new norml, jika tidak berhasil herd immunity akan terjadi dan ini berbahaya. Berkaca pada pengalaman negara lain yang mengalami lonjakan kasus setelah pelonggaran lock down.  ( the end )


penulis adalah: Alumni UNHAS dan pemerhati masalah sosial


SHARE THIS

Author:

MARI MEMBANGUN KEBERSAMAAN, BERSAMA KITA BERJUANG

0 Please Share a Your Opinion.:

Diharap Memberi Komentar Yang Sopan & Santun
Terimakasih Atas Partisipasi Mengunjungi Web Kami

Hukum

Kesehatan

»

Serba Serbi