Friday, May 15, 2020

Corona, Merubah Sikap dan Perilaku Serta Kebiasaan Manusia Secara Cepat



Oleh: Yansi

Ancaman penularan virus secara tidak langsung dapat mengubah respon-reposn psikoligis seseorang dan terhadap interaksinya dengan orang lain, sehingga membuat kita dapat berprilaku secara tidak terduga pada gilirannya, dapat mengakibatkan adanya peningkatan kecemasan sehingga berefek pada kesehatan mental kita. Ketakutan akan penularan membuat kita kebih konformis dan kurang bisa menerima sesuatu yang unik, bisa jadi juga akan turut mempengaruhi afiliasi politik kita, bahkan bisa jadi kita akan menjadi lebih sensitife yang akan membuat kita bereaksi  sangat cepat  terhadap hal yang kita tafsirkan sebagai potensi penularan.

Wabah corona yang masuk ke Indonesia,  mengubah banyak prilaku masyarakat yang secara sadar atau tidak menjadi bagian yang akan kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari yang jika sebelumnya sangat jarang kita lakukan, perubahan prilaku tersebut terpaksa harus dilakukan secara cepat oleh karena terpan media yang begitu masif, informasi yang kita terima sehingga melahirkan rasa ketakutan akan terjangkit virus, sadar atau tidak perubahan itu melahirkan sikap dan proses yang dilakukan terkait aktvitas sehari-hari, di tambah lagi bahwa virus ini jika menyerang dan kita terpapar kita masuk dalam kategori asimtomatik, dimana penderita tidak akan menunjukkan gejala secara klinis, nanti jika kita melakukan pemeriksaan dengan metode PCR ( Polymerase Chain reaction ), baru akan di ketahui bahwa seseorang terkena virus positif.

Perkembangan virus corona sudah pada tingkat mengkhawatirkan karena telah menyebar di 34 propinsi, selain itu tingkat kematian sangat tinggi mortalita rate nya mencapai 8-9 % jauh di atas rata global, pemerintah telah melakukan prose pendekatan dengan berbagai cara dengan himbuan tetap tinggal di rumah, sekolah di liburkan, tidak  keramain tidak di bolehkan, tempat wisata di tutup, kegiatan keagamaan juga termasuk yang di pindahkan sementara dari rumah. Proses itu mehairkan perubahan prilaku yang sangat cepat, Alvara Researcrh Center melakukan survey online terhadap 504 responden pada 9 april 2020 terkait perubahan prilakuk apa saja yang terjadi di tengah pandemic corona.

Kecemasan public.

Kecemasan itu menjadi hal yang paling buruk karena secara tidak langsung mempengaruhi tingkah laku public dalam berinteraksi, ketika seseorang melakukan tingkah laku yang mengarah kegambaran akan terjangkit maka secara otomatis orang sekitarnya akan menghindar secara berlebihan, batuk misalnya, jika seseorang dalam sebuat pertemuan atau keramaian terdengar batuk secara otomatis dan refkleks semua orang akan menoleh dan melihat orang yang batuk jika mungkin langsung menghindari orang tersebut, bersin juga sama akan langsung di respon bahwa orang tersebut bergejala corona. Kecemasan akan tertular, kecemasan akan anggota keluarga tertular, kecemasan akan harga-harga yang akan makin meningkat, kecemasan terhadap menghadapi masalah baru.

Perubahan sikap dan tindakan

Sebelum ada wabah corona, masyarakat  melekat budaya ngumpul, bercengkrama di tempat tetrentu yang biasa mereka lakukan menjadi terhenti seketika, sehingga masyarakat membutuh kan waktu untuk menyesuaian secara mendadak. Himpunan Psikologi Indonesia meneropong 3 macam ketakutan baru dengan hadirnya virus corona ini. 

Pertama, ketakutan akan berita dan teror hoaks dan langsung dari berbagai berita di media social, seseorang menjadi panic buying, mudah marah, perubahan pola belanja karena ketakuan akan kehabisan bahan makanan  sehingga bahan makanan di borong sebanyak-banyaknya sehinga terjadi timbunan logistic. 

Kedua, masa belajar, setelah rasa takut terlewati seseorang bisa menerima kenyataan sehingga secara tidak langsung menjauh iberita dan menjadi selektif dalam membaca, melihat dan menyaksikan berita di media, masa belajar ini yang akan menjadi patokan seseorang yang tadinya takut, cemas dan khawatir mulai beradaptasi dengan hal tersebut. Dengan berita yang di terima seseorang akan mulai mengendalikan emosi, dan mulai merencanakan tindakan selanjutnya secara rasional.

Ketiga, masa tumbuh, pada periode ini seseorang akan mulai memikirkan orang lain dan tidak lagi memikirkan diri sendiri sehingga melahirkan empati satu sama lain terkait corona ini, Sesorang mampu memikirkan dan membagi sesuatu kepada mereka yang kurang mampu.

Perubahan kebiasaan

Sebelum virus ini menyebar dan masuk ke Indonesia, kebiasan masyarakat adalah acuh tak acuh terhadap perlindungan kesehatan dan cenderung secara sosialogis, menimbulkan ketakutan dan itu manusiawi. Ciri otentik masyakarakat adalah kedinamisan di tatanan sosialnya saat mendapat stimuli tertentu dalam hal ini rasa takut akan virus itu menyerang dirinya, akhirnya timbul prasangka dan itu sangat logis, dalam prespektif epidemiologi, terjadinya suatu penyakit atau masalah kesehatan tertentu melahirkan prasangka tertentu sehingga mengubah kebiasaan secara cepat. Kebaisaan yang langsung berubah adalah cuci tangan, tidak lagi mau berjabat tangan,  berolah raga secara teratur dan berjemur karena di anggap dapat meningkatkan imun tubuh sehingga bisa terhindar dari serangan virus serta menggunakan masker.

Bagaimana menjaga kesehatan mental   ?

Pertama, pahami kecemasan, banyak orang di sekeliling kita secara tidak langsung mengalami kecemasan walaupun sebenanrnya tanpa ada ganguan kecemasan dalam dirinya, tetapi dengan adanya wabah reaksi cemas muncul. Psikolog Patria Thornton “ menggambarkan kecemasan sebagai kekhawatiran di antisipasi tentang sesuatu yang mungkin terjadi di masa depan “ dan mengatakan bahwa “ kita merasakan pukulan telak kecemasan “ karena virus corona. Karena virus ini tidak terlihat dan kita pun tidak tahu siapa penyebarnya sehingga membuat kita lebih waspada, Kecemasan itu menular, jika kita melihat orang yang bertingkah laku di luar kebiasaan maka kitapun akan cenderung tersugesti dengan hal tersebut. “ walaupun virus corona ancaman nyata, kita selalu berada daam keabua-abuan, merangkul ketidak pastian bahwa kita tidak dapat melakukan segalanya dan bergerak dalam batas-batas sepeti apa kata Thornton. 

Kedua, Murka, lalu belajar. Karena situasi yang membuat kita frustrasi, kita dapat membiarkan diri kita merasa murka selama 15 menit kemarahan perhari kemudian kita melanjutkan hidup. Kita tidak boleh menganggap bahwa virus corona adalah kiamat,menghindari dan  membaca berita di media sosial di mana terkadang fakta menajdi kabur dan selalu pikiran kita positf, sehingga wabah dalam pikiran kita adalah sesuatu yang pernah terjadi sebelumnya. 

Ketiga, norma-norma baru akan berubah setiap hari sehingga di jika ingin menonton berita maka tontonlah yang up to date dan bereputasi baik sehingga pikiran kita dapat menjadi baik.Keempat, temukan bergabai cara agar kita tetap sibuk dan tetap menjaga rutinitas senormal mungkin dengan mempertahankan waktu tidur, pilih kegiatan yang menenangkan dan yang kelima, buatlah humor dengan pengalaman yang menyenangkan. ( the  end )

Penulis: Alumi Universitas Hasanuddin Makassar, Yang Saat Ini Berdomisili di Jakarta


SHARE THIS

Author:

MARI MEMBANGUN KEBERSAMAAN, BERSAMA KITA BERJUANG

0 Please Share a Your Opinion.:

Diharap Memberi Komentar Yang Sopan & Santun
Terimakasih Atas Partisipasi Mengunjungi Web Kami

Hukum

Kesehatan

»

Serba Serbi