Oleh: Yansi
Ancaman penularan virus
secara tidak langsung dapat mengubah respon-reposn psikoligis seseorang dan
terhadap interaksinya dengan orang lain, sehingga membuat kita dapat berprilaku
secara tidak terduga pada gilirannya, dapat mengakibatkan adanya peningkatan
kecemasan sehingga berefek pada kesehatan mental kita. Ketakutan akan penularan
membuat kita kebih konformis dan kurang bisa menerima sesuatu yang unik, bisa
jadi juga akan turut mempengaruhi afiliasi politik kita, bahkan bisa jadi kita
akan menjadi lebih sensitife yang akan membuat kita bereaksi sangat cepat
terhadap hal yang kita tafsirkan sebagai potensi penularan.
Wabah corona yang masuk ke
Indonesia, mengubah banyak prilaku
masyarakat yang secara sadar atau tidak menjadi bagian yang akan kita lakukan
dalam kehidupan sehari-hari yang jika sebelumnya sangat jarang kita lakukan,
perubahan prilaku tersebut terpaksa harus dilakukan secara cepat oleh karena
terpan media yang begitu masif, informasi yang kita terima sehingga melahirkan
rasa ketakutan akan terjangkit virus, sadar atau tidak perubahan itu melahirkan
sikap dan proses yang dilakukan terkait aktvitas sehari-hari, di tambah lagi
bahwa virus ini jika menyerang dan kita terpapar kita masuk dalam kategori
asimtomatik, dimana penderita tidak akan menunjukkan gejala secara klinis,
nanti jika kita melakukan pemeriksaan dengan metode PCR ( Polymerase Chain
reaction ), baru akan di ketahui bahwa seseorang terkena virus positif.
Perkembangan virus corona
sudah pada tingkat mengkhawatirkan karena telah menyebar di 34 propinsi, selain
itu tingkat kematian sangat tinggi mortalita rate nya mencapai 8-9 % jauh di
atas rata global, pemerintah telah melakukan prose pendekatan dengan berbagai
cara dengan himbuan tetap tinggal di rumah, sekolah di liburkan, tidak keramain tidak di bolehkan, tempat wisata di
tutup, kegiatan keagamaan juga termasuk yang di pindahkan sementara dari rumah.
Proses itu mehairkan perubahan prilaku yang sangat cepat, Alvara Researcrh
Center melakukan survey online terhadap 504 responden pada 9 april 2020 terkait
perubahan prilakuk apa saja yang terjadi di tengah pandemic corona.
Kecemasan public.
Kecemasan itu menjadi hal
yang paling buruk karena secara tidak langsung mempengaruhi tingkah laku public
dalam berinteraksi, ketika seseorang melakukan tingkah laku yang mengarah
kegambaran akan terjangkit maka secara otomatis orang sekitarnya akan
menghindar secara berlebihan, batuk misalnya, jika seseorang dalam sebuat
pertemuan atau keramaian terdengar batuk secara otomatis dan refkleks semua
orang akan menoleh dan melihat orang yang batuk jika mungkin langsung
menghindari orang tersebut, bersin juga sama akan langsung di respon bahwa
orang tersebut bergejala corona. Kecemasan akan tertular, kecemasan akan
anggota keluarga tertular, kecemasan akan harga-harga yang akan makin
meningkat, kecemasan terhadap menghadapi masalah baru.
Perubahan sikap dan
tindakan
Sebelum ada wabah corona,
masyarakat melekat budaya ngumpul,
bercengkrama di tempat tetrentu yang biasa mereka lakukan menjadi terhenti
seketika, sehingga masyarakat membutuh kan waktu untuk menyesuaian secara
mendadak. Himpunan Psikologi Indonesia meneropong 3 macam ketakutan baru dengan
hadirnya virus corona ini.
Pertama, ketakutan akan berita dan teror hoaks dan
langsung dari berbagai berita di media social, seseorang menjadi panic buying,
mudah marah, perubahan pola belanja karena ketakuan akan kehabisan bahan
makanan sehingga bahan makanan di borong
sebanyak-banyaknya sehinga terjadi timbunan logistic.
Kedua, masa belajar,
setelah rasa takut terlewati seseorang bisa menerima kenyataan sehingga secara
tidak langsung menjauh iberita dan menjadi selektif dalam membaca, melihat dan
menyaksikan berita di media, masa belajar ini yang akan menjadi patokan
seseorang yang tadinya takut, cemas dan khawatir mulai beradaptasi dengan hal
tersebut. Dengan berita yang di terima seseorang akan mulai mengendalikan
emosi, dan mulai merencanakan tindakan selanjutnya secara rasional.
Ketiga,
masa tumbuh, pada periode ini seseorang akan mulai memikirkan orang lain dan
tidak lagi memikirkan diri sendiri sehingga melahirkan empati satu sama lain
terkait corona ini, Sesorang mampu memikirkan dan membagi sesuatu kepada mereka
yang kurang mampu.
Perubahan kebiasaan
Sebelum virus ini menyebar
dan masuk ke Indonesia, kebiasan masyarakat adalah acuh tak acuh terhadap
perlindungan kesehatan dan cenderung secara sosialogis, menimbulkan ketakutan
dan itu manusiawi. Ciri otentik masyakarakat adalah kedinamisan di tatanan sosialnya
saat mendapat stimuli tertentu dalam hal ini rasa takut akan virus itu
menyerang dirinya, akhirnya timbul prasangka dan itu sangat logis, dalam
prespektif epidemiologi, terjadinya suatu penyakit atau masalah kesehatan
tertentu melahirkan prasangka tertentu sehingga mengubah kebiasaan secara
cepat. Kebaisaan yang langsung berubah adalah cuci tangan, tidak lagi mau
berjabat tangan, berolah raga secara
teratur dan berjemur karena di anggap dapat meningkatkan imun tubuh sehingga
bisa terhindar dari serangan virus serta menggunakan masker.
Bagaimana menjaga
kesehatan mental ?
Pertama, pahami kecemasan,
banyak orang di sekeliling kita secara tidak langsung mengalami kecemasan
walaupun sebenanrnya tanpa ada ganguan kecemasan dalam dirinya, tetapi dengan
adanya wabah reaksi cemas muncul. Psikolog Patria Thornton “ menggambarkan
kecemasan sebagai kekhawatiran di antisipasi tentang sesuatu yang mungkin
terjadi di masa depan “ dan mengatakan bahwa “ kita merasakan pukulan telak
kecemasan “ karena virus corona. Karena virus ini tidak terlihat dan kita pun
tidak tahu siapa penyebarnya sehingga membuat kita lebih waspada, Kecemasan itu
menular, jika kita melihat orang yang bertingkah laku di luar kebiasaan maka
kitapun akan cenderung tersugesti dengan hal tersebut. “ walaupun virus corona
ancaman nyata, kita selalu berada daam keabua-abuan, merangkul ketidak pastian
bahwa kita tidak dapat melakukan segalanya dan bergerak dalam batas-batas
sepeti apa kata Thornton.
Kedua, Murka, lalu belajar. Karena situasi yang membuat
kita frustrasi, kita dapat membiarkan diri kita merasa murka selama 15 menit
kemarahan perhari kemudian kita melanjutkan hidup. Kita tidak boleh menganggap
bahwa virus corona adalah kiamat,menghindari dan membaca berita di media sosial di mana terkadang
fakta menajdi kabur dan selalu pikiran kita positf, sehingga wabah dalam
pikiran kita adalah sesuatu yang pernah terjadi sebelumnya.
Ketiga, norma-norma
baru akan berubah setiap hari sehingga di jika ingin menonton berita maka
tontonlah yang up to date dan bereputasi baik sehingga pikiran kita dapat
menjadi baik.Keempat, temukan bergabai cara agar kita tetap sibuk dan tetap
menjaga rutinitas senormal mungkin dengan mempertahankan waktu tidur, pilih
kegiatan yang menenangkan dan yang kelima, buatlah humor dengan pengalaman yang
menyenangkan. ( the end )
Penulis: Alumi Universitas Hasanuddin Makassar, Yang Saat Ini Berdomisili di Jakarta
0 Please Share a Your Opinion.:
Diharap Memberi Komentar Yang Sopan & Santun
Terimakasih Atas Partisipasi Mengunjungi Web Kami