Foto.Solidaritas Umat Islam Poso mengeluarkan pernyataan sikap |
HR.Com - Penembakan seorang pemuda yang
terjadi di Poso membawa duka mendalam bagi keluarganya, dan bukan hanya itu,
kluarga korban korban juga kecewa dengan stigma dan tudingan aparat kepolisian.
Pasalnya korban yang bernama Qidam yang tewas di tembak aparat saat melintas di
belakang Polsek Poso Pesisir Utara pada Kamis, 09 April 2020 disebut di
pemberitaan media dengan julukan teroris dan difitnah terlibat kelompok Ali
Kalora (Mujahidin Indonesia Timur).
Keluarga korban sangat menolak jika korban disebut sebagi
Teroris, apalagi dikatakan bagian dari kelompok Ali kalora.
“Keluarga menolak Qidam ini dibilang
teroris, terlibat dengan kelompok Ali Kalora. Bagaimana kenal dengan Ali
Kalora, sedangkan daerah ini saja belum semua dia tahu. Ini tidak mungkin,” bantah
Azis Nusra, kakek dari Qidam.
Bahkan Kepala Dusun Tobe, Desa
Membuke, Kecamatan Poso Pesisir, I Wayan Wana Putra juga menolak jika Qidam
disebut sebagai teroris. Menurutnya, di wilayah Desa Membuke pada saat itu
tengah dilakukan operasi tanggap COVID 19. Ia sempat menyangka korban adalah
PDP (Pasien Dalam Pemantauan) yang menghindar dari sweeping di jalan Trans
Sulawesi.
“Karena kita fokus penanganan COVID
19, jadi perkiraan saya, beliau itu adalah pelarian PDP. Jadi saya itu tidak
ada pikiran ke teroris malahan saya bilang (Qidam ini, red) ganteng sekali itu
anak, dia punya cukuran rapi tidak ada motif-motif ke sana (terorisme), Bayangan
saya waktu itu adalah cuman seputar virus ini,” jelas I di Desa Kilo
I Wayan mengaku sempat bertemu dengan Qidam sebelum
ditembak mati. Ia bahkan mendekati Qidam yang membawa ransel, dan tidak curiga
sedikitpun.
“Kalau memang saya ada kecurigaan,
dia itu bawa tas jadi tidak berani saya mendekat. Pasti saya akan takut karena
bisa saja itu ada bom. Tapi saya dekati dia, saya rangkul. Itu anak saya
bilang, ‘mari dek saya ajak ke rumah.’ Cuman waktu itu dia tidak mau,” lanjut
Wayan.
Kondisi Jenazah Qidam terlihat
sangat mengenaskan, sehingga hal ini menambah sakit hati keluarga dan
masyarakat sekitar.
“Kabar yang kita dengar anak ini
tertembak tapi kami keluarga kaget begitu kita melihat jenazahnya. Ternyata
luka itu tidak seperti luka tembak. Banyak luka tidak wajar, seperti luka
dianiaya sebelum meninggal. Itu yang membuat kita emosi,” ujar salah seorang
kerabat wanita Qidam, di rumah duka.
Pihak keluarga menyatakan tidak
terima dengan peristiwa salah tembak terhadap Qidam. Apalagi ditemukan bekas
penganiayaan yang tidak wajar. “Dia seperti dianiaya sebelum ditembak,” jelasnya.
Berdasarkan keterangan keluarga,
leher Qidam dalam kondisi patah. Kulit paha hingga dekat kemaluan terlihat
disayat memanjang. Selain itu ditemukan juga luka tusukan pisau di leher dan
sayatan di dada sebelah kiri dan kanan. Tak hanya itu, bekas luka tembakan juga
nampak di dada depan hingga tembus belakang
“Di pahanya ada sayatan panjang
sampai mendekati kemaluannya seperti dirobek, kemudian di dada itu kena tembak
tembus belakang. Ada juga tusukan di leher, kemudian kaki patah. Leher patah.
Di dada ada seperti disayat-sayat dengan pisau,” lanjunya lagi.
Menurut keluaga korban lainnya pada hari sabtu (11/4/20), Qidam punya
masalah dengan keluarga dan hendak pergi ke Menado. Qidam kemudian kabur dari
rumah dengan membawa ransel lewat belakang Polsek Pesisir Utara di Desa Membuke, Kecamatan Poso Pesisir Utara.
Ia bercerita jika Qidam itu masih anak sekolah, dia
dimarahi neneknya, dibilang jangan pergi, tapi anak ini malah pinjam uang sama
tetangga untuk sewa oto pergi Manado, dia lari dari rumah bawa tas ransel lewat
belakang Polsek Poso Pesisir Utara. Entah karena bagaimana selanjutnya hingga
polisi megatakan dia itu Teroris, polisi kira dia orang gunung, akhirnya didor
Dikabarkan Hari ini, Senin
13 April 2020 Solidaritas Umat Islam Poso mengeluarkan pernyataan sikap sehubungan
dengan penembakan tersebut. Koordinator Solidaritas Umat Islam Poso, Ustadz
Sugianto Kaimudin dalam rilisnya kepada media mengutarakan bahwa secara fisik
korban almarhum Qidam Alfarizki Mowance didapati terbunuh dalam kondisi tidak
wajar.
“Diduga terjadi penganiayaan
ditandai dengan adanya luka jahitan dari paha kiri sampai melewati kemaluan,
adanya dugaan luka tusuk pada leher, bahu, dan sekitar rusuk kiri, adanya
dugaan patah bagian paha kanan, adanya pembengkakan pada leher yang diduga
patah, adanya memar pada belakang leher,” demikian pers rilis yang dikutif dari
Kiblat.net pada Senin, (13/04/20).
Pernyataan sikap tersebut
turut didukung dan ditandangani oleh sejumlah elemen Muslim Poso seperti H.
Arifin Tuamaka,S.Ag,MM (Ketua MUI Kab. Poso), Hamzah (Amanatul Ummah), Irwan
Mowance (Ayah kandung Qidam), Mukhtar (BPD Tambarana) dan Ustadz Kasmuri
Salamah, S.pd.I (Ketua DPW FPI Poso).
Pernyataan sikap 'Solidaritas Umat Islam Poso' sebagai berikut :
Mengecam dengan
keras tindakan yang dilakukan oleh pihak Kepolisian atas diri Qidam Alfarizki
Mowance.
Bahwa kami
yakinkan, bahwa Qidam Alfarizki Mowance bukan merupakan anggota kelompok
manapun yang dihubungkan dengan TERORIS.
Bahwa tindakan
kepolisian sangat bertolak belakang dengan prinsip praduga tak bersalah dimana
korban di perlakukan tanpa melalui proses hukum yang jelas.
Meminta pihak
kepolisian dalam hal ini POLDA sulawesi tengah menarik pernyataan di media yang
menyatakan Almarhum Qidam Alfarizki Mowance adalah jaringan MIT Pimpinan Ali
Kalora, karena korban sama sekali tidak terlibat dalam jaringan apapun.
Bahwa Qidam
Alfarizki Mowance adalah masyarakat biasa yang tidak ada hubungannya dengan
pergerakan terorisme dimanapun juga.
Meminta kepada
pihak kepolisian untuk menjelaskan secara transparan persoalan ini kepada
keluarga, karena kami yakin Qidam alfarizki Mowance tidak bersalah.
Meminta agar
ditegakkan hukum se Adil-adilnya agar dikemudian hari anak bangsa tidak menjadi
korban kebrutalan sepihak tanpa bukti awal yang jelas.
Red.
Md
Kiblat.Net/Gelora.co
Foto. Kiblat.net
0 Please Share a Your Opinion.:
Diharap Memberi Komentar Yang Sopan & Santun
Terimakasih Atas Partisipasi Mengunjungi Web Kami