Peserta Dari Saoraja Kerajaan Bone, Sulsel |
Pelaksanaan agenda tersebut diramaikan sekitar 30 Kerajaan, lembaga adat, pemerhati budaya, dan jajaran Kedatuan Luwu, dengan jumlah peserta sekira 2.000. Ini dihadiri para Sultan, Raja dan Datu Se-Kerajaan Nusantara, termasuk Salah satu peserta yang ikut meramaikan yaitu Kerajaan Bone yang menghadirkan Ketua Dewan Adat Saoraja Bone A.Baso Hamid.
Menanggapi hasil pembukaan dua hari yang lalu, Kepala dinas Kebudayaan kab. Bone, Andi Promal Pawi yang turut hadir dalam utusan rombongan mewakili kerajaan bone mengatakan, Merasa bersyukur bahwa acara pembukaannya berlansung dengan lancar dan acara yang ditampilkan cukup bagus.
"Alhamdulillah, acara pembukaannya berlangsung dengan lancar dan acaranya juga bagus, ucapnya 10/9/19 malam via handphone
Andi juga berharap agar Festival ini menjadi motifasi tersendiri bagi kab Bone dan juga terhadap kabupaten (Kerajaan-kerajaan) lainnya dalam pelestarian budaya di Nusantara ini.
Dalam acara tersebut, Bone menampilkan representasi enam perempuan yang pernah menjadi ratu di Kerajaan Bone di masa pemerintahan kerajaan tahun 1470 - 1895 . Mereka adalah Batari Toja, Tenriawaru Pancaitana Besse Kajuara, We Tenri Tuppu, I Mani Ratu Arung Data, We Banrigau, dan Patima Banri.
Pemerintahan Raja Permpuan Bone dengan rincian kekuasaan sebagai berikut; We Benrigau Makkalempie Mallajange ri Cina raja Bone IV (1496-1516), We Tenri Pattuppu Raja Bone-X (1602-1611), Batari Toja Daeng Talaga Raja Bone-XVII (1714-1715), kemudian terpilih lagi sebagai Raja Bone-XXI (1724-1749), We Maniratu Arung Data Raja Bone-XXV (1823-1835), Tenriawaru Pancaittana Besse Kajuara Raja Bone-XXVIII (1857-1860), dan Fatimah Banri Raja Bone-XXX (1871-1895).
Dalam kirab itu Bone juga menampilkan sistem kerajaan Bone, di antaranya, Pasukan Pembawa Bendera Kerajaan, Ade Pitu, Petta Ponggawae, Tomarilaleng, Dulung, Kelompok Anre Guru Anakkarung, Pasukan Lawida, Kelompok Bissu, ana’ dara kallolo Bone pembawa spanduk, dan Laskar Passiuno (Laskar Berani Mati).
Konsep Ide Kerajaan Bone Yang Menampilkan Refrensi 6 Raja Perempuan Yang Pernah Memimpin Kerajaan Bone |
Andi Promal menyampaikan bahwa dalam mengikuti Karnaval ini mereka berjumlah 170 orang, serta mengikutkan pagelaran pentas seni dan budaya yaitu pertama; tari Bissu Magiri dengan personil sebanyak 12 orang terdiri dari 5 penari dan 7 pemain musik. Kedua; Tari Appasili Botting, diikuti 19 orang, dengan penari 12 orang sementara pemain musik 7 orang. Ketiga adalah Dialog Budaya.
Rombongan Kab. Bone dipimpin langsung oleh Andi Fashar Fadjalangi, Bupati Bone. Selain Kadis Kebudayaan yang menyatu bersama rombongan namapak pula beberapa pimpinan OPD Pemkab Bone, yakni, Kadis Koperasi, Kadis Kominfo dan Persandian, Kadis Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Kadis Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kadis Damkar, Kadis Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Kadis Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Kabag Umum Setda, Kabag Pemerintahan Setda, kabag Kerja sama Setda Bone dan Kabag Kesra Setda.
Sementara itu, kerajaan-kerajaan yang mengikuti kirab Festifal Keraton Nusantara yang ke 13 tahun 2019 yakni; Kerajaan Saoraja Bone, Keraton Kasultanan Yogyakarta, Kerajaan Kebuntaran Talu, Kasultanan Bacan, Kerajaan Tallo, Kasultanan Bulungan, Kasultanan Bima, Kerajaan Adat Marusu, Lembaga Adat Ammaguru Selayar, Kasultanan Buton, Kerajaan Kagana Palu, Kadipaten Pakualaman, Kerajaan Muna, Kerajaan Binamu Jeneponto, Tongkonan Datu Bakkaleke Awat Toroau, Kerajaan Jambu Lipo, Pagaruyung, Sawitto, Kerajaan Suppa, Kerajaan Gowa, Kerajaan Mentawah Amantubillah, Kasultanan Kutai, Kerajaan Luwu serta Kasultanan Waringin Barat-Kalteng.
Mengintif selayang pandang kerajaan Saoraja Bone, beberapa pengamat menilai bahwa Empat kerajaan terbesar masa lampau di sulawesi selatan yakni kerajaan Gowa, Luwu, Tallo dan Kerajaan Bone, hanya sayang ke Empat kerajaan tersebut tak mampu dipertahankan sebagaimana Cerminan Kerajaan Kesultanan Yogyakarta yang sampai kini tetap Eksis di bumi Nusantara.
Berbeda dengan Keraton Jogja, kerajaan-kerajan nusantara lainnya sudah tidak berdaulat lagi. Hasil riset Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) pada 2012, ada 186 kerajaan yang masih eksis secara fisik, yakni wilayah, bangunan, budaya, dan struktur monarki, namun tidak berdaulat lagi karena bergabung dengan NKRI.
Hanya ada 5 kerajaan Nusantara yang masih eksis sampai kini yaitu, Kerajaan Kesultanan Jogyakarta, Kerajaan Kesultanan Cirebon, Kertajaan Kesunan Surakarta, Kesultanan Ternate dan Kesultanan Kanoman, pecahan Kesultanan Cirebon.
Kerajaan Kesultanan Jogyakarta, Saat ini dipimpin Paduka Sri Sultan Hameng kubuwono X. Kesultanan Yogyakarta merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Islam yang terpecah menjadi dua; Kesunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta dengan Perjanjian Giyanti, 13 Februari 1755. Dalam perjanjian itu, juga menetapkan Pangeran Mangkubumi sebagai Sultan di Kasultanan Yogyakarta dengan gelar Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) I. Kerajaan Kesultanan Jogjakarta paling terpopuler karena sampai kini kerajaan ini menjadi satu Propinsi dengan kedaulatan Daerah Istimewa.
Kerajaan Kesultanan Cirebon terdapat di sekitar pantai utara Pulau Jawa ( Jawa Barat ). Kesultanan Cirebon Pendiri pertama Kesultanan Cirebon adalah Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana ( Sultan Cirebon I ). 1445-1479. Kerajaan Cirebon sebagai kerajaan Islam memisahkan diri dari Kerajaan Pajajaran diproklamirkan oleh Pangeran Cakrabuana bersama keponakannya, Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) pada tahun 1482 Masehi. Sunun gunung jati sebagai raja saat itu menematkat gelar Kanjeng Sinuhun Jati.
Kejayaan Kesultana Cirebon terjadi Saat Walangsungsang menyerahkan kekuasaannya kepada keponakannya, Syarif Hidatyatullah 1479 - 1568. Meski awal-awal kekuasaanya tidak dipegang penuh oleh Syarif Hidayatullah Cirebon tercatat dapat menaklukan Galuh (Pajajaran Timur) dengan dibantu oleh Demak. Sementara itu Cirebon juga kemudian berhasil menaklukan Pajajaran Barat (Pakwan) melalui Kesultanan Banten yang juga pendiriannya digagas oleh Syarif Hidayatullah. Pada masa ini Cirebon berhasil mengislamkan negeri-negeri bawahan Pajajaran, seperti Sindangkasih, Singaphura, Surantaka, Indramayu, Talaga, dan banyak yang lainnya.
Raja sekarang, Sultan Sepuh XIV Pangeran Raja Adipati Arief Natadiningrat. SE.
Kerajaan Kasunanan Surakarta Hadiningrat; adalah kerajaan di Jawa Tengah yang berdiri pada 1755, ini juga sebagai hasil perjanjian Giyanti 13 Februari 1755. Perjanjian ini menyepakati Kesultanan Mataram dibagi 2 wilayah kekuasaan. Raja pertama adalah Sunan Pakubuwana III. Sekarang dipimpin oleh Raden Mas Suryo Partono, Raja Susuhunan Pakubuwono XIII. Kerajaan ini terletak di Jawa Tengah, Solo.
Kesultanan Kanoman; Pendirian Kesultanan kanoman setelah pembagian wilayah ditandai dengan di dirikannya keraton baru di wilayah kesulatanan kanoman tepatnya di daerah emahwungkuk Cirebon. Letaknya juga tidak jauh dari Keraton Kasepuhan Cirebon. Raja pertama, Sultan Anom I Muhammad Badrudin Kartawijaya. Sekrang ini dipimpin oleh Raja Sultan Anom XIII Pangeran Elang Mochamad Saladin.
Kesultanan Ternate, atau biasa juga disebut Kerajaan Gapi berdiri sejak tahun 1257. didirikan oleh Momole Ciko yang bergelar Baab Masyhur Mulamo yang berkuasa pada tahun 1257-1272M. Terletak di Pulau Maluku yang saat ini menjadi Maluku Utara. Raja sekarang adalah Syarifuddin Bin Iskandar Muhammad Djabir Sjah. Sultan ke-48 ini diiangkat dan dilantik oleh Kimalaha Tamadi dan Kimalaha Marsaoly, di Kadato Ici, Soa-Sio, Ternate Utara september 2016.
Kesultanan Ternate adalah kerajaan Islam yang pada masa kejayaanya berkuasa mencakup wilayah Maluku, Sulawesi bagian utara, timur dan tengah, serta bagian selatan kepulauan Filipina hingga sejauh Kepulauan Marshall di Pasifik.
5 kerajaan nusantara yang masih Eksis... yang lain ? Ada segelumit letak pertanyaan yang kini akan menerobos masuk dalam jejaring pemikiran kita dan menjadi khayalan, bahwa melihat daerah-daerah kerajaan nusantara dengan pengakuan masih ada akan tetapi secara Histoirti mereka tidak eksis lagi alias tinggal nama. Mengapa demikian ? Mungkin pertanyaan ini sangat tepat dijawab oleh para Peserta Festival Keraton Nusantara XIII yang digelar di Palopo, Kab. Luwu, Propinsi Sulawesi Selatan dengan Jumlah Kerajaan Nusantara yang turut serta sekitar 26 kerajaan diluar kerajaan yang datang dari luar negeri.
Redaksi: Andi
0 Please Share a Your Opinion.:
Diharap Memberi Komentar Yang Sopan & Santun
Terimakasih Atas Partisipasi Mengunjungi Web Kami