HarpanRakyat-Seperti yang kami kutif dari rmold.id tanpa mengurangi isinya. Berikut ini kutifannya.
Beberapa
hari belakangan ini sebuah artikel yang disebutkan ditulis mantan anggota
Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN) dan mantan penasehat
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abdullah Hehamahua beredar luas di jejaring
media sosial.
Redaksi
menghubungi Abdullah Hehamahua yang kemudian membenarkan bahwa artikel itu
adalah tulisannya untuk merespon sebuah kisah mengenai integritas dan manusia
Indonesia.
Atas izin
Abdullah Hehamahua, Redaksi memuat
artikel itu sebagai surat terbuka. Berikut kutipan lengkapnya:
SEBENARNYA
saya tidak ingin komentari kisah ini karena saya sudah membacanya beberapa kali
sejak lima tahun lalu. Cuma saya tergelitik dengan apa yang terjadi beberapa
pekan belakangan ini di mana presiden, para menteri, dan penegak hukum,
khususnya kepolisian bertingkah seperti mahasiswa Indonesia yang belajar di
Perancis tersebut.
Sebenarnya,
sebagian besar kalangan termasuk saya pribadi sudah melupakan kecurangan yang
terjadi pada Pilpres 2014 yang lalu.
Ditakdirkan,
Ketua MK yang mengadili sengketa Pilpres 2014 itu, yunior saya di Unhas
sehingga saya tahu jalan cerita kecurangan Pilpres 2014 tersebut.
Lalu
sebagian masyarakat termasuk saya pribadi tenggelam dalam kesibukan rutin
masing-masing sehingga kecurangan Pilpres 2014 itu terlupakan.
Namun, ada
sekitar 700 orang petugas KPPS meninggal dunia dalam waktu relatif bersamaan
pasca pilpres. Lalu Menkes melarang autopsi mayat mereka. Kemudian ditemukan
ratusan selongsong peluru tajam yang dilepaskan Brimob dalam menghalau
demonstran tanggal 21 hingga 22 mei.
Saya lalu
melihat pengakuan mahasiswi Indonesia yang belajar di Perancis tersebut bahwa
kesalahan yang dilakukan sebagai persoalan sepele, sama seperti pengakuan KPU,
Bawaslu, presiden, menteri dan penegak hukum.
Apakah DNA
mahasiswi itu sama dengan yang dipunyai Menkes, Brimob dan presiden yang merasa
bangga dapat menipu sistem yang ada demi mencapai ambisi pribadi?
Lalu, kita
harus terima presiden hasil kecurangan yang kedua kalinya?
Bangsa ini
betul-betul sedang sakit parah. Lalu terbayang masa muda saya sebagai mahasiswa
di Makassar yang sering masuk dan keluar sel dan penjara karena memperjuangkan
aspirasi mahasiswa.
Saya
menunggu dan menunggu tampilnya mahasiswa seperti tahun 1965-1967, 1974, dan
1998 yang karena people power mereka, dua presiden fenomenal dilengserkan.
Saya lalu
menghayal, apakah dalam usia senja ini, saya harus turun ke jalanan lagi untuk
merasakan bagaimana makanan di sel dan penjara.
Bahkan saya
juga menghayal bagaimana nikmatnya Hasan Albana, Sayid Kutub, dan pahlawan dari
kampung saya sendiri, Ahmad Lusi (Pattimura) meninggal di tiang gantungan
karena keteguhan melawan penguasa yang curang dan zalim.
Apalagi
memerhatikan piagam Wira Karya saya yang dianugerahkan pemerintah karena
memiliki andil dalam pembangunan integritas nasional, khususnya di KPK.
Lalu muncul
pertanyaan dahsyat, “Hei Abdullah Hehamahua, kamu salah seorang cucu Pattimura,
masihkah kamu berintegritas?”
Ya, Allah
aku rindu menjumpaiMu sebagai seorang syuhada. Aamiin Yaa Robbal Aalamiin!
Red. Andi
Red. Andi
0 Please Share a Your Opinion.:
Diharap Memberi Komentar Yang Sopan & Santun
Terimakasih Atas Partisipasi Mengunjungi Web Kami